Kontemplasi: 6. HIKMAT DAN ETIKA MORAL MORALITAS SERTA ETOS DAN ETIKET YANG BENAR
Amaran Firman Allah:
“Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. ….. Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan yang melindungi engkau …..” (Amsal 6:20, 23, 24a).
Pengantar
Etika, moral, moralitas, etos dan etiket adalah fondasi yang mengandung nilai-nilai luhur yang melindungi kehidupan setiap pribadi. Etika adalah “inner power” yang sekaligus adalah “driving power” yang menggerakkan moral, moralitas, etos dan etiket dalam sikap, perilaku dan tindakan setiap orang. Etika yang berkualitas, dibangun di atas kebenaran, kebaikan dan keadilan serta kemanfaatan bagi kehidupan. Moral adalah ekspresi etika melalui pikiran, perasaan, kehendak, sifat, sikap, kata serta perbuatan. Moralitas adalah kadar dan dampak eksistensi dan tindakan moral yang olehnya etika serta moral dinilai dan diberi nilai.
Etos adalah etika moral kerja, sedangkan etiket adalah etika moral pergaulan dalam kehidupan masyarakat. Etika pada tataran sumber adalah “norma” yang menjadi landasan kehidupan dan dari sisi praksis, etika adalah “sikap” yang melekatkan tanggung jawab pada setiap orang. Norma etika yang benar dibangun di atas “kebenaran” yang tidak tersanggah dan dibuktikan melalui “tanggung jawab” yang konsiten dalam praktek hidup sehari-hari. Melihat hubungan intrinsik etika ini, kini timbul pertanyaan, “mengapa hikmat begitu penting dalam meneguhkan kehidupan etika moral semua orang?”
Pertama, HIKMAT MENEGUKAN SIKAP BERTANGGUNG JAWAB DALAM MEMBUAT JANJI (1-5).
Hikmat mengingatkan bahwa “kata-kata adalah janji yang harus dipenuhi.” Dengan demikian, setiap perkataan harus dipertimbangkan dengan matang sebelum mengucapkannya. Kata-kata janji adalah kekuatan pengikat yang memberi penanggungan. Karena itu kata-kata yang tergopoh dapat menjadi jerat yang digenggam penerima janji. Di sinilah diperlukan hikmat untuk bersikap bijak dan serius dalam membuat kesepakatan atau janji yang benar dan membangun.
Kedua, HIKMAT MENGUATKAN ETIKA MORAL DAN ETOS KERJA (6-11).
Hikmat memberi kuasa untuk membagun moral dan etos kerja yang benar, baik dan bermanfaat. Moral dan etos kerja seperti ini nampak dalam cara membuat kesepakatan. Kesepakatan yang benar adalah dasar untuk suatu tindakan kerja yang bertanggung jawab. Hikmat mengandaikan bahwa setiap kesepakatan harus diisi dengan kerja yang giat dan rajin.
Kerajinan kerja harus didukung dengan inisiatif yang menggerakkan secara spontan untuk bekerja (belajar dari semut). Bekerja dari sudut pandang ini akan melepaskan dari beban ekonomi, bahkan ada kekuatan untuk mengatasi kemandekan kerja yang membuat rajin yang membebaskan orang dari kemalasan. Etos kerja seperti ini dari perspektif positif menjamin keberhasilan usaha.
Ketiga, HIKMAT MELINDUNGI HUBUNGAN SESAMA DENGAN SIKAP ETIKA DAN ETOS BERKUALITAS (12-19).
Hikmat memberi kuasa untuk bersikap dan berkata lurus. Hikmat menjauhkan dari kebodohan yang nampak pada tindakan yang tidak bermanfaat, licik, yang diwujudkan melalui sikap, kata serta perbuatan yang mencelakakan. Hikmat di sini menjauhkan dari kesombongan dan kedustaan yang mencelakakan orang. Hikmat melindungi dari hati yang berencana jahat, kebohongan dan pertentangan yang konyol yang tidak bermanfaat (Banding: Ayub 28:28).
Keempat, HIKMAT MENDUKUNG TANGGUNG JAWAB ETIKA MORAL MORALITAS DAN ETIKET KELUARGA (20-35).
Hikmat di sini berperan sebagai fondasi bagi hubungan keluarga yang benar dan bertanggung jawab. Hikmat memberi kekuatan yang mendukung untuk memegang nilai keluarga yang luhur. Ketaatan memegang nilai keluarga dengan sikap teguh merupakan kekuatan etis yang melindungi kehidupan dan praktik hubungan keluarga sehingga terlepas dari godaan.
Hikmat memberi kuasa untuk menghindari jebakan perzinahan yang dapat berakhir dengan cemohan dan balas dendam. Dengan demikian “orang berhikmat selalu bertanggung jawab melepaskan diri dari kejahatan yang menjerat dan membinasakan kehidupan keluarga.”
Prolog
Hikmat dalam perspektif Amsal 6 yang dibentangkan di atas menegaskan bahwa HIKMAT dibangun di atas nilai kebenaran yang harus dihidupi secara bijak. HIKMAT juga merupakan kekuatan ampuh yang meneguhkan sikap, memberikan kekuatan kepada etika, moral, motalitas dan etos kerja. HIKMAT memberi daya tahan kokoh sehingga ada sikap berapi-api untuk bekerja benar, baik dan bermanfaat.
HIKMAT pada gilirannya melindungi hubungan keluarga dengan nilai hidup luhur sehingga kearifan sikap dan tanggung jawab etiket mulia yang mencegah kehancuran yang fatal. Selamat menjalani kehidupan dengan penuh berkat HIKMAT. TUHAN Yesus memberkati. Terimakasih
Jakarta, April 2017
Dalam doa,
Didoakan Yakob Tomatala www.yakobtomatala.com