Leadership, Thoughts, Books, Writing !

MEMBANGUN SIKAP: CURIGA, APAKAH PATUT BAGI PEMIMPIN UNTUK MENCURIGAI

0 824

Hendaklah engkau bertindak-hati-hati ….”  (Yosua 1:8).

PENGANTAR

Apakah Anda pernah curiga dan mencurigai seseorang? Curiga dan mencurigai tentu ada alasan mendasarnya.  Namun, pertanyaannya ialah, apa yang menjadi dasar bagi Anda untuk curiga dan mencurigai itu? Apakah Anda mencurigai dari hati Anda atau mencurigai dari benak Anda? Apa makna mencurigai dari hati dan mencurigai dari benak ini? Pertanyaan berikutnya, mengapa Anda mencurigai seseorang itu? Apakah ada alasan khususnya sehingga Anda mencurigainya? Apa indikator kuat yang dapat diambil sebagai alasan bagi Anda untuk mencurigainya? Adakah Anda telah mempertimbangkan keuntungan dan kerugian mencurigai yang biasa Anda sikapi ini? Semua pertanyaan ini tentu memerlukan jawaban dari Anda. Karena itu, Anda harus mencari tahu alasan-alasan mendasar tentang curiga dan mencurigai ini. Simaklah:

  1. CURIGA MENCURIGAI ITU ADA DASARNYA. Mengapa Anda mencurigai dan dan mengapa Anda tidak mencurigai seseorang tentu ada alasannya. Anda tentu tahu apa sebabnya Anda curiga mau pun tidak curiga kepada seseorang. Ini bicara tentang alasan atau dasar bagi sikap Anda mencurigai seseorang. Telah dipertanyakan di atas tentang apa yang menjadi dasar bagi Anda untuk curiga dan mencurigai seseorang itu. Sambungan pertanyaan ini adalah, “Apakah Anda mencurigai dari hati Anda, atau Anda mencurigai dari benak Anda?” Sekarang, apa sesungguhnya perbedaan antara mencurgai dari hati dan mencurigai dari benak itu? Untuk menjawabnya, kita akan mengulasnya satu persatu.

Pertama, Mencurigai dari hati. Apa sesungguhnya makna mencurigai dari hati itu? Mecurigai dari hati adalah sikap hati yang terus-menerus mencurigai orang, siapa pun orang itu. Mencurigai dari hati ini merupakan karakter seseorang pencuriga, dimana ia akan selalu bersikap curiga terhadap siapa saja, dan apa saja. Mencurigai dari hati memiliki kekuatan yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan kehendak, sehingga mencurigai menjadi sikap batin, yang mempengaruhi pikiran kata dan perbuatan secara negatif. Pencuriga dari hati sesungguhnya dipengaruhi dari faktor pembesaran atau pengalaman traumatis dan hal lain, sehingga ia sangat cederung mengembangkan sikap curiga. Pencuriga dari hati akan selalu memiliki alasan negatif untuk mempertanyakan apa yang ia dengar, apa yang ia lihat dari sikap mau pun kata-kata orang yang berniat baik sekalipun. Pencuriga dari hati ini bersikap seperti anjing penjaga yang selalu siaga mencurigai siapa pun. Bisakah Anda bayangkan apa sesungguhnya yang akan terjadi dengan pencuriga dari hati ini? Ia akan selalu berprasangka buruk terhadap orang lain.

Kedua, Mencurigai dari benak. Mencurigai dari benak berhubungan dengan “kemampuan intuitif menganalisis” atas kata, sikap mau pun perbuatan seseorang. Mencurigai dari benak selalu berhubungan dengan kecakapan intuitif yang menjelaskan adanya kemampuan membuat estimasi psikologis atas apa yang ditangkap oleh indra. Seorang polisi mencurigai seseorang bukan dari hatinya, tetapi ia memakai pikirannya, dimana ia telah belajar bagaimana mengintentifikasi sikap seseorang yang “bersalah.” Sebagai contoh, seseorang pengedara mobil tanpa memiliki SIM, akan mudah diidenfikasi polisi. Di sini sang polisi memakai kemampuan otaknya yang oleh hatinya muncul intuisi untuk membenarkan analisah otaknya, yang karenanya ia akan selalu tepat dalam mencurigai. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila seorang pemimpin mencurigai dari hatinya, maka ia akan selalu bersikap negatif terhadap orang lain, entahkah sesama pemimpin atau pun bawahan atau siapa dan apa saja. Sikap mencurigai ini adalah ekspresi karakternya. Sikap ini akan nampak dalam cara ia menalar, bersikap dan bertindak “jangan-jangan orang ini mau menciderai saya.” Ia akan merasa tidak aman terhadap siapa saja yang ada di sekitarnya. Pada sisi lain, mencurigai dari pikiran akan membuat seseorang pemimpin itu intuitif, karena hasil analisisnya beranjak dari pikirannya yang sehat. Dan lagi, ia selalu menyerahkan hasil analisis pikirannya untuk ditimbang oleh hatinya. Pertimbangan nuraninya akan sangat intuitif sehingga perasaan dan kehendaknya akan memberikan dukungan untuk berpikir, bersikap dan bertindak yang baik, benar dan positif.

  1. CURIGA MENCURIGAI ITU ADA BAIK DAN BURUKNYA. Mencurigai dari hati dan mencurigai dari benak seperti yang telah diterangkan di atas akan selalu memiliki dampak dalam kehidupan. Penduriga dari hati akan terlihat selalu mawas diri, namun prasangka negatif menguasi benak, perasaan dan kehendaknya, sehingga ia cenderung berkata, bersikap dan bertindak negatif. Kebaikan dari mencurigai dari hati ini ialah bahwa pencuriga akan selalu waspada, namun keburukannya sang pencuriga akan selalu “nervous” degan siapa dan apa saja. Mencurigai dari hati akan menyusahkan diri sendiri, karena pikiran, perasaan dan kehendkan sang pencuriga akan selalu terganggu. Mencurigai dari benak membuat pencuriga akan selalu bersikap intuitif positif dan bertindak dengan pertimbangan akal sehat. Mencurigai dari benak, membuat pencuriga merasa pasti akan perasaan, dan kehendaknya, karena hatinya membantunya untuk memastikan kebenaran akal sehat yang menyodorkan pertimbangan matang.
  1. CURIGA MENCURIGAI ITU ADA AKIBATNYA, ADA GUNANYA ADA MANFAAT KEPEMIMPINAN. Mencurigai itu selau ada akibat, kegunaan, dan manfaatnya dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin yang mencurigai dari hati akan bertindak negatif terhadap sesamanya, sehingga ia sendiri menjadi pencipta kekalutan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Dengan kekaluan ini akan terciptalah kesusutan yang membawa kesesatan, sehingga tindakan dan keputusannya akan selalu mengganggu. Pencuriga dari hati ini akan selalu membawa “aroma negatif” dalam kepemimpinannya. Ia akan menciderai diri sendiri dan orang-orang lain di sekitarnya (matius 7:12). Sedangkan, pencuriga dari benak yang berpikiran sehat akan memberikan pertimbangan intuitif kepada hatinya yang menjadi dasar untuk “bertindak hati-hati” dalam kata dan perbuatannya. Pencuriga dari benak dapat disebut sebagai pengguna akal sehat, yang berperasaan jernih dan berkehendak kuat yang positif, yang akan selalu membawa akibat positif dalam kata dan tindakannya. Pencuriga dari benak inilah yang akan menciptakan keunggulan membina hubungan-hubungan positif dalam kepemimpinan sebagai landasan untuk memimpin secara berkualitas. Dengan bersikap hati-hati, pemimpin akan cenderung bergaya positif menyikapi setiap orang dan apa saja yang terjadi di sekitarnya, sehingga membawa citra positif yang mewarnai sikap, kata dan tindakannya yang terbukti memberikan keunggulan kepada pemimpin dalam kepemimpinannya.

PRINSIP MENCURIGAI YANG BENAR:

Berdasarkan uraian di atas, kita tentu dapat belajar bahwa mencurigai dari hati dan mencurigai dari benak itu ada perbenaanya. Perbedaan dari keduanya adalah sangat substansial, dengan pengaruh dan akibat yang signifikan. Dengan demikian, adalah beralasan untuk menegaskan sikap mencurigai yang benar, demi keberhasilan kepemimpinan. Bagaimana mengembangkan sikap mencurigai yang benar itu?

  • Mencurigai yang benar beranjak dari hati yang bersih yang terjaga baik, pikiran sehat, perasaan jernih dan kehendak benar serta baik, yang dikendalikan oleh Otoritas Pencipta (Amsal 4:23; Fiipi 4:5, 8-9; Mazmur 1; II Timotius 3:15-17).
  • Mencurigai yang benar akan menopang gaya, sikap dan kata yang positif, yang akan membawa pengaruh positif atas hubungan-hubungan antar orang dalam organisasi.
  • Mencurigai yang benar akan selalu membawa dampak positif dalam kepemimpinan, karena dilandasi karakter yang baik dan benar yang yang muncul dari hati yang tulus, yang tersirat dalam penggunaan sikap, pikiran, perasaan, kehendak, kata dan tindakan yang akan selalu mengangkat, dan mengatasi hal negatif.
  • Mencurigai yang benar akan selalu membuat pemimpin dapat bertindak hati-hati, karena ia memiliki hati yang bijaksana, sikap yang arif (Yesaya 32:8), yang dikendalikan oleh kebenaran sejati (Yosua 1:6-9), yang olehnya ia akan terbukti sebagai pemimpin bijak yang berhasil.

Selamat mencurigai yang benar demi keberhasilan kepemimpinan!!!

Salam dan doa,

Dr. Yakob Tomatala

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.