MENGISI TAHUN 2010 DENGAN SEMANGAT HIDUP BARU
PENGANTAR
Sadar atau pun tidak, Tahun Baru, sering disikapi sebagai sesuatu yang baru, yang berbeda dari yang lama, khususnya tahun yang telah berlalu. Namun, dari segi realitas serta esensi, apa yang disebut “tahun baru” sesungguhnya dapat dikatakan bahwa tidak ada yang baru dalam arti benar-benar baru. Kenyataan ini dipertegas dengan kebenaran Firman Allah: “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” (Pengkhotbah 1:9).
Kenyataan ini memberikan kepada kita sentuhan untuk menyadari bahwa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan tahun baru itu adalah peluang baru serta momentum baru dalam suatu rentang waktu 12 bulan, 52 minggu dan 365 hari di depan. Momentum baru ini ternyata tetap berhubungan dengan hal-hal yang lama yang pernah terjadi serta telah berlalu, namun selalu memiliki pengaruh pada masa kini dan masa depan.
Dengan demikian, pertanyaan yang harus digumuli ialah apa sesugguhnya yang harus kita lakukan untuk mengisi peluang dan momentum baru di depan ini dengan kehidupan yang lebih berarti. Menjawab pertanyaan ini maka pokok perenungan kali ini ialah “bagaimana kita mengisi tahun 2010 dengan semangat hidup baru, yang memberi arti kepada diri dan orang lain dalam penyiarahan hidup”.
MENETAPKAN KOMITMEN UNTUK HIDUP SEBAGAI MANUSIA BARU
Hal pertama yang harus dilakukan ialah menetapkan komitmen untuk hidup sebagai manusia baru. Komitmen dapat dikatakan sebagai “janji hati” untuk setia dan teguh terhadap apa yang diyakini sebagai bernilai tinggi dan harus dipertahankan. Kebenaran tentang komitmen ini dapat dilihat dari ajakan Rasul Paulus saat ia memberikan bimbingan kepada Jemaat Kolose. Rasul Paulus mengajak mereka untuk berkomitmen tinggi dengan menyadari dan menyikapi hidup mereka sebagai “manusia baru” di dalam Kristus.
Ini yang dikatakannya: “…. kamu … mengenakan manusia baru yang terus menerus dibaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya” (Kolose 3:10). Kebenaran ini berkaitan dengan tanggungjawab orang Kristen untuk menyadari siapa dirinya, apa tanggungjawabnya serta sikapnya terhadap dirinya, sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai milik Sang Khalik dengan kehidupan baru yang ada padanya (II Kotrintus 5:17). Implikasi bagi kebenaran ini dapat ditegaskan seperti berikut.
- Setiap orang Kristen harus menyadari bahwa ia adalah manusia baru di dalam Yesus Kristus (Yohanes 3:16; 10:28-19; 6:47; 1:12; I Yohanes 1:9). Ini berarti bahwa oleh anugerah Allah, ia telah percaya, bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat-nya, yang olehnya ia telah memiliki “hidup baru” (Efesus 1:13-14; Roma 8:16-17), dengan hak istimewa sebagai umat kesayangan TUHAN (I Petrus 2:9-10; Keluaran 19:4-6).
- Setiap orang Kristen yang menyadari bahwa ia adalah manusia baru dengan hak serta status baru (anak-anak Allah) disertai dinamika (kuasa dan kekuatan) baru harus membuktikan diri sebagai manusia baru (Roma 8:14-15) yang terus menang terhadap “kehidupan lama, mematikan “keinginan daging” (Roma 8:13). Orang Kristen yang memiliki “kekuatan baru” (Roma 1:16-17) ini bertanggungjawab untuk hidup sebagai “manusia baru” yang dibuktikan dengan bertumbuh dalam iman (Kolose 2:6-7), dan mematikan, membuang serta menanggalkan cara hidup/ kebiasaan lama, yang tidak memuliakan TUHAN (Kolose 3:5-9).
Kehidupan baru ini menjelaskan bahwa “karena setiap orang Kristen telah mengalami hidup baru didalam TUHAN Yesus” maka ia bertanggungjawab untuk hidup sebagai manusia baru. Kehidupan seperti ini hanya dapat diisi dengan komitmen tinggi kepada TUHAN untuk “hidup sebagai manusia baru,” dalam segala situasi.
MENEGUHKAN KOMITMEN UNTUK HIDUP DENGAN CARA BARU
Hal kedua, ialah meneguhkan komitmen untuk hidup dengan cara baru. Sebagai “manusia baru,” setiap orang Kristen bertanggungjawab untuk menyikapi kehidupannya dari perspektif baru. Landasan untuk menerapkan tanggungjawab ini dibangun di atas nasihat Rasul Paulus dalam Roma 12:1-2; II Korintus 4:1; Kolose 3:10.
Kebenaran ini menegaskan bahwa orang Kristen harus membangun komitmen tinggi untuk mempersembahkan diri kepada TUHAN yang menghasilkan pembaruan (transformasi) budi. Transformasi ini membawa perubahan positif di dalam kehidupannya, dengan “perubahan hati, jiwa/ roh” ditandai dengan “perubahan paradigma” yang menjadi dasar bagi “cara pandang (perspektif) baru”. Cara pandang baru ini meneguhkan sikap dan peran orang Kristen dalam aspek berikut.
- Orang Kristen tertolong melihat dan menilai dirinya secara positif sebagaimana Allah menilai dan memandangnya (Roma 12:3; Filipi 2:5-8). Perspektif positif ini menyebabkan ia dapat melihat dirinya dari “kacamata” yang benar, sehingga ia pun bisa memandang orang lain dan segala sesuatu di luarnya secara benar dan baik pula.
- Perspektif positif yang dibangun di atas kebenaran Firman TUHAN (lihat: Mazmur 1:2; Yosua 1:8), memberikan kemampuan kepada orang Kristen untuk bertanggungjawab ”menjaga hatinya” (Amsal 4:23) sebagai dasar untuk memiliki sikap luhur karena “… orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selu bertindak demikian” (Yesaya 32:8; Matius 5:6; Filipi 4:8).
- Orang Kristen dengan pikiran positif seperti ini sajalah yang dapat mengekspresikan dirinya secara lebih berkualitas dengan sikap bertanggungjawab dan sengaja “berbagi sukacita” serta “baik hati” dengan sikap altruis (Filipi 4:5). Sikap altruis ini menyebabkan ia menjadi lebih mementingkan orang lain (Filipi 2:2-4); dengan keinginan luhur untuk “menaruh kasih dan menjadi saudara bagi orang yang dalam kesukaran” (Amsal 17:17; 11:117a).
Kebenaran ini menegaskan bahwa orang Kristen memiliki hak istimewa dari TUHAN Allah untuk menjadi lebih baik dalam kehidupannya dengan adanya pembaruan budi yang menjadikannya berbudi luhur. Keluhuran budi ini akan nampak dalam pikiran, sikap, kata dan tindakan yang bersifat altruis, yang olehnya ia mampu membawa kebaikan tertinggi serta menjadi berkat bagi sesama.
MEMBUKTIKAN KOMITMEN UNTUK HIDUP DENGAN SEMANGAT BARU
Ketiga, komitmen untuk hidup dengan semangat baru. Kehidupan adalah suatu perjalanan menyiarahi sejarah pemberian TUHAN. Penyiarahan kehidupan hanya akan berarti dengan adanya komitmen untuk hidup dengan semangat baru menghadapi peluang serta momentum baru di tahun 2010. Dasar bagi dinamika dan komitmen menyiarahi kehidupan dengan semangat baru adalah:
- TUHAN Allah selalu menjadikan setiap hari sebagai hari baru dengan berkat-Nya yang selalu baru (Ratapan 3:22-26). Pengalaman kita dapat beragam, namun, anugerah Allah-lah yang meneguhkan untuk kuat menghadapi dan menyikapi setiap pengalaman hidup.
- TUHAN Allah sajalah yang meneguhkan kita, untuk mampu menghadapi tantangan seberat apapun, dengan sikap tegar (Habakuk 3:16-17; Nahum 1:7-8a). Kebenaran ini akan menguatkan kita untuk berkata seperti Rasul Paulus, “aku tidak tawar hati sekalipun hidup ini semakin merosot” (II Kotintus 4:16-18). Sikap iman ini meneguhkan kita menjadi “manusia tahan banting,” yang tidak terkalahkan.
- Dinamika untuk hidup sebagai pemenang seperti ini terwujud apabila orang Kristen menyerahkan diri kepada TUHAN Allah (I Petrus 5:6-7; Amsal 3:5-10). Penyerahan diri ini meneguhkan untuk mengalami pembaruan semangat hidup secara terus menerus.
Kesadaran bahwa TUHAN Allah, Sang Pencipta sedang mengontrol sejarah akan memberikan kepada kita semangat baru serta kekuatan iman untuk mempercayai DIA. Semangat hidup ini memberikan kekuatan untuk hidup baru dengan kemampuan melihat tangan TUHAN yang terkedang mengatasi semua persoalan, dan menjadikan kita sebagai pemenang (Keluaran 3:14-15).
RANGKUMAN
Menengok kebenaran yang dinyatakan di atas, kita memiliki alasan kuat untuk menyikapi kehidupan ini dengan komitmen serta semangat baru dan cara baru. Alasan untuk hidup dalam semangat dan cara baru adalah karena TUHAN Allah jaminan untuk hidup dalam berkatnya (Ulangan 28). Implikasi jaminan ini dapat dilihat dalam hal berikut.
- TUHAN menjamin komitmen dengan semangat baru untuk hidup guna berpikir, bersikap, berkata dan bertindak dengan “penuh keyakinan,” bahwa anugerah TUHAN adalah jaminan tetap bersemangat dalam segala situasi.
- Semagat baru dapat disikapi secara baru dengan komitmen setia kepada TUHAN Allah, sehingga dalam pengalaman semenggenas apa pun, kita akan terus menjadi berkat bagi sesama.
- Komitmen untuk menyerahkan diri kepada TUHAN ini akan meneguhkan kita guna memiliki semangat dan sikap baru dalam menyiarahi kehidupan di Tahun Baru, sehingga kehidupan menjadi lebih menggairahkan dan bernilai.
Selamat membangun komitmen untuk hidup dengan semangat baru di tahun 2010.
Salam saya,
Yakob Tomatala