Leadership, Thoughts, Books, Writing !

BELAJAR MENJADI PEMIMPIN BIJAKSANA YANG BERPENGERTIAN

0 2,481

Tema                    : BELAJAR MENJADI PEMIMPIN BIJAKSANA YANG BERPENGERTIAN
Teks                     : Amsal 28:16; 1 Raja-raja 3:4-14
Pelayan Firman  : Pdt. Yakob Tomatala

Pengantar
Raja Salomo sebagai seorang Pemimpin, banyak memberikan perhatian kepada kepentingan peran Pemimpin dalam kepemimpinan. Sebagai contoh, dalam Amsal 11:14, Salomo menjelaskan tentang peran dan tempat Pemimpin dalam kepemimpinan, dengan tujuan yang khusus, yaitu membawa kemaslahatan. Pada sisi lain, dalam Amsal 29:18, Salomo menekankan tentang kepentingan Pemimpin visioner, yang perannya sangat menentukan jatuh bangunnya kepemimpinan. Di samping itu, dalam Amsal 31:10-31, Salomo juga secara panjang lebar berbicara tentang tugas manajerial dalam kepemimpinan, yang menentukan keberhasilan kinerja kepemimpinan. Dalam Amsal 28:12, Salomo bebicara tentang kuasa kepemimpinan di tangan Pemimpin yang benar, dan pada Amsal 28:16, ia menekankan tentang kepentingan sikap yang benar, yang harus dipraktikkan oleh Pemimpin yang memimpin dalam kebenaran secara penuh pengertian, melaksanakan kepemimpinan yang diemban.

Kini muncul pertanyaan, mengapa faktor sikap yang benar, yaitu sikap yang berpengertian, sangatlah penting bagi seorang individu, khususnya bagi seorang pemimpin? Menjawab pertanyaan ini, maka ada beberapa kebenaran tentang sikap yang harus dipahami, antara lain: 1) Sikap adalah jembatan antara pikiran, hati, dan perbuatan; 2) Sikap adalah filter untuk menyaring pikiran, perasaan, kehendak, motivasi, gaya, kata dan TindakanBaixakis; 3) Sikap adalah indikator kualitas kepribadian, yang berkualitas positif, atau negatif; 4) Sikap adalah kadar kekuatan pengendalian diri terhadap pengaruh yang membentuk karakter; 5) Sikap adalah saya dan Anda, yang mendemonstrasikan personalitas dan karakteristiknya. Penulis Amsal memberikan contoh yang tegas tentang sikap yang berpengertian, yang telihat pada orang yang bersikap pendiam, disangka bijak (Amsal 17:280, pemarah adalah bodoh (Amsal 14:29; 19;19; Pengkhotbah 7:9), dan yang berbicara tepat waktu, lebih bernilai (Amsal 23:11), serta berkepala dingin (Amsal 17:27) dan sabar (Amsal 15:18), adalah contoh-contoh sikap berpengertian yang harus dipahami.

Menyimak penjelasan tentang sikap dan penekanan yang diberikan dalam Amsal tentang sikap berpengertian, maka pertanyaan khusus yang diajukan adalah: “Apa yang diamarkan dalam Amsal 28:16 tentang ‘Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya.,’ yang berkaitan dengan bagaimana Belajar Menjadi Pemimpin yang Bijaksana itu? Rahasia untuk belajar menjadi Pemimpin yang bijaksana dapat dirunut dengan memperhatikan prinsip dasar berikut ini:

 

Pertama, PEMIMPIN BIJAKSANA MEMILIKI SIKAP BERPENGERTIAN (Amsal 28:16a)

Apa makna dari kebenaran tentang “Pemimpin bijaksana memiliki sikap berpengertian” ini? Apa yang dapat dipahami dari kebenaran ini dari perspektif Raja Salomo yang tertulis dalam Kitab Amsal?” Prinsip ini dapat dipahami dari sudut pandang berikut:

  1. Menurut Raja Salomo dalam Amsal, berpengertian adalah sikap orang yang bijaksana yang dibangun di atas pengenalan dan takut akan TUHAN. Pengenalan dan takut akan TUHAN terlihat pada “Taksonomi Amsal Salomo yang menekankan bahwa TUHAN Allah adalah sumber HIKMAT yang memberi kebijaksanaan, sebagai dasar bagi sikap berpengertian,” yang dapat dirunut sebagai berikut: 1) Berpengertian diawali dengan mendengar (1:5); 2) mengetahui (1:2a); 3) mengerti (1:2b); 4) terbuka menerima didikan, dengan belajar dari pengalaman, untuk memperoleh pengetahuan, yang menjadikan pandai dan cerdas, memahami kebenaran, keadilan, kejujuran, sebagai tanda kebijaksanaan dan sikap berpengertian (Amsal 1:1-7).
  2. “Berpengertian dalam perspektif ini adalah kebijaksanaan yang ditandai dengan kemampuan berpikir, bersikap, berkata dan bertindak dengan penuh pengertian.”
  3. Orang bijaksana yang berpengertian memiliki karakteristik berikut: a) kualitas berpikir, bersikap, berkata dan bertindak positif menyikapi hal-hal yang penting (prudence); b) memiliki kecakapan berpikir, bersikap, berkata, dan bertindak dalam menghadapi orang lain atau mengatasi masalah (tact); serta 3) memiliki kapabilitas berpikir, bersikap, berkata dan bertindak secara positif, lemah lembut dan menyenangkan dalam menghadapi kemungkinan apa pun, dengan tidak terjebak dalam kesalahan (expediency)
  4. Raja Salomo berpendapat sesuai denga apa yang tertera dalam Amsal, kunci menjadi pribadi yang berpengertian adalah “Takut akan TUHAN sebagai permulaan pengetahuan (Amsal 1:7); di mana orang berpengertian, selalu bersikap benar, baik, adil jujur, setia dan lemah lembu.” Sikap bijaksana yang berpengartian seperti ini telah dibuktikannya sendiri dalam mengurus “masalah pertikaian dua perempuan sundal, dengan membuktikan kecakapan adversitasnya, melalui keputusannya yang bijaksana dan melegenda” (1 Raja-raja 3:16-18)

IMPLIKASI:

TUHAN Allah yang adalah sumber HIKMAT merupakan kuasa bagi kebijaksanaan yang memberi pengetahuan, kecakapan, kepandaian, dan pengertian untuk hidup dalam kebenaran, keadilan, dan semua yang baik. Alkitab menegaskan bahwa sikap bijaksana dan berpengertian ini telah dibuktikan, dihidupi, diajarkan, diadvokasi dan dipraktikkan oleh TUHAN Yesus Kristus dalam sepanjang kehidupan dan karya-Nya (Matius 5:5; Pasal 5-7).

REFLEKSI:

Dalam sikap keseharian, Pemimpin bijaksana, adalah pribadi yang berpengertian, yang diwujudkan melalui hati, pikiran, sikap, kata, dan perbuatan yang dilakukan dalam kebenaran, keadilan dan kejujuran dengan sikap yang lemah lembut dan menyenangkan, sehingga membawa damai dan kemaslahatan bagi sesama

ILLUSTRASI:

Sikap bijaksana berpengertian dapat ditimbah dari ajaran, cara hidup dan sikap Yesus Kristus dalam Injil, khususnya “Khotbah di Bukit” (Matius 5-7; Lukas 6, 11, 12). Elon Musk sangat mengapresiasi ajaran Yesus Kristus dengan mengatakan bahwa “Ada kearifan besar dalam ajaran Yesus Kristus”, yang terfokus kepada membawa harmoni dan keseimbangan. Torat mengajarkan, “gigi ganti gigi”, tetapi Yesus mengajarkan “siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat 5:38-39). (https://www.jawaban.com).

Kedua, PEMIMPIN BIJAKSANA MEMPRAKTIKKAN SIKAP BERPENGERTIAN (Amsal 28:16b)

Apa implikasi dari pokok “Pemimpin bijaksana mempraktikkan sikap berpengertian ini? Bagaimana menerapkan sikap berpengertian dari pengspektif Amsal 28:16b yang menekankan: “tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya” ini? Kebenaran ini menegaskan beberapa prinsip berikut:

  1. Pemimpin bijaksana menerapkan “etika berpengertian” yang diwujudkan dengan “membenci laba yang tidak halal” (tidak diperbolehkan).
  2. Halal dalam pengertian Bahasa Arab adalah “diperbolehkan”, laba yang tidak halal, artinya laba yang tidak diperbolehkan
  3. Halal dalam bahasa Ibrani adalah kasrut, atau kasruth, atau kosher, yang artinya “layak” yaitu hukum tentang makanan Yahudi, yang dianggap “halal dan haram,” yang terdapat dalam Torat, mau pun Halakha atau Halakhah, yaitu 613 Mitzvoh (Peraturan atau Perintah), Hukum Talmud (Kitab dan Ajaran Rabbi-rabi dan Sejarah Yahudi), mau pun Hukum Rabbinik (Halakha) serta adat dan tradisi Yahudi (Haggadah, yaitu Teks Keagamaan Yahudi). Istilah kosher ini juga digunakan dalam bidang spiritual dan umum, di mana laba yang tidak halal artinya “keuntungan yang tidak diperbolehkan” seperti riba, merampas, dsb
  4. Pemimpin bijaksana “mempraktikkan sikap berpengertian” berdasarkan Amsal 28:1-15, yang menegaskan “Mencari TUHAN dan takut akan DIA adalah kunci bersikap dan mempraktikkan sikap berpengertian dengan lemah lembut” (28:5), melalui kebiasaan benar: 1) taat dan menghormati hukum (28:2,4,7); 2) tidak menindas (28:3); 3) bersikap adil (28: bersih kelakuan (28:6); 4) berbelas kasihan (28:8); 5) tidak menyesatkan sesama (28:10); 6) tidak menganggap diri bijak (28:11); 7) menjalankan kuasa secara benar (28:12); 8) mengatasi pelanggaran (28:13); 9) bersikap lembut hati (28:14); dan 10) memerintah secara bijak (28:15), yang membawa damai dan kebahagiaan

IMPLIKASI:

Pemimpin bijaksana membangun dan mempraktikkan sikap berpengertian dalam menghidupi cara hidup yang benar, baik, adil, jujur, dan lemah lembut serta menyenangkan, yang membawa damai serta kebahagiaan

REFLEKSI:

Dalam kehidupan nyata, Pemimpin bijaksana selalu berpengertian, yang dibangun di atas sikap hati yang benar, adil, jujur dan praktik serta kebiasaan hidup yang membawa kebaikkan, damai serta kebahagiaan

ILUSTRASI:

Rasul Paulus dalam memberi nasihat kepada orang Kristen, menegaskan tentang etika dan praktik yang berpengertian, yang dinasihatkannya: “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (I Korintus 10:23-24)

 

KESIMPULAN
Belajar menjadi Pemimpin bijaksana dengan sikap berpengertian dapat diwujudkan melalui pendekatan berikut:

  1. Pemimpin bijaksana memiliki sikap berpengertian, karena “takut akan TUHAN”, yang adalah sumber HIKMAT yang memeberikan kuasa bagi kebijaksanaan, pengetahuan, kecakapan, kepandaian, dan pengertian untuk hidup dalam kebenaran, keadilan, kejujuran, dan semua yang mendatangkan kebaikkan
  2. Pemimpin bijaksana mempraktikkan sikap berpengertian yang diwujudkan melalui cara hidup yang benar, baik, adil, jujur, dan lemah lembut serta menyenangkan, sehingga membawa damai serta kebahagiaan bagi sesama

Selamat belajar menjadi bijaksana dengan menjadi Pemimpin yang berpengertian dalam sikap, kata dan praktik yang memuliakan TUHAN Allah dan membawa berkat bagi sesama. Amin

Jakarta, 10 Januari 2022

Pdt. Yakob Tomatala

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.