Renungan Tahun Baru 2017 “Menghitung hari-hari, menikmati hidup dengan bijaksana”
Firman TUHAN Allah:
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12).
Pengantar
Waktu yang di dalamnya terjadi peristiwa, telah diframe dalam detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Waktu dalam bentuk ini menempatkan setiap orang dalam tataran matematis. Waktu membuat orang dapat menghitung “berapa lama, berapa banyak, berapa peristiwa dan berapa panjang suatu keterjadian, dst.” Pada sisi lain, TUHAN Allah adalah TUHAN atas waktu baik yang “kairos, kronos mau pun ion.” Dalam kaitan ini TUHAN Yesus Kristus bersabda, “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 1:17b). Di sini, dipastikan bahwa TUHAN Allah adalah jaminan di mana berapa lama, berapa panjang dan berapa sukar pun waktu kehidupan kita, IA adalah jaminan untuk mengisinya dengan penuh berkat. Melihat waktu yang terisi dalam kehidupannya, Musa berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 99:12). Apa yang dipinta oleh Musa dalam doanya guna mengisi lehidupan dengan penuh berkat dan sukacita ini? Isi permohonan Musa kepada TUHAN Allah dapat dipahami dengan mencermati Mazmur 90 secara menyeluruh.
Pertama, Hidup adalah Anugerah TUHAN. Menghitung hari adalah tanda kesadaran bahwa hidup adalah Anugerah TUHAN. Mazmur 90:1-3 menegaskan bahwa TUHAN Allah adalah Pencipta berdaulat, Pemberi dan Pengambil kehidupan. Sebagai Pemberi kehidupan, IA adalah “tempat perlindungan kekal, tempat perteduhan yang aman turun temurun.” Pada sisi lain, hidup manusia yang fana karena dosa, digambarkan bagaikan mimpi, serta bagaikan rumput yang segar pada pagi dan melayu, luruh di petang, yang dihabiskan dengan keluh. Manusia pun ditegaskan sebagai memiliki durasi usia sampai 70 tahun, selebihnya adalah penderitaan dan kesukaran.
Karena kenyataan keberadaan TUHAN berbading lebih di atas dari kondisi kemanusiaan yang fana dan terbatas, maka manusia harus belajar memaknakan serta merefleksikan arti dari pengaman TUHAN yang dialami dalam segala situasi. Dalam pemaknaan dan refleksi inilah kita akan menjumpai TUHAN Allah kita yang “bekerja dalam segala sesuatu guna menghadirkan kebaikan bagi kita yang terpanggil dan mengasihi Dia” (Roma 8:28).
Di sini kita dibuat mengerti bahwa TUHAN Allah kita yang Agung dan Berdaulat ternyata dapat dialami dalam keseharian melalui pengalaman yang positif dan menyenangkan atau kejadian negatif yang menyakitkan. DIA selalu ada di sana bagi kita, sebagai tempat perteduhan yang aman, karena IA peduli (I Petrus 5:6-7). Ia juga akan terus menyertai dan membela kita (Roma 8:30-37; Matius 1:21; Wahyu 1:17). Kalau begitu, mari, hitunglah hari-harimu dan jumpailah tangan TUHAN di sana, khususnya di Tahun 2016 (Banding: ayat 1-11). Dengan demikian, kita pasti dapat mengandalkan TUHAN Allah untuk menjalani hidup di Tahun Baru 2017 yang penuh berkat.
Kedua, Hidup diisi dengan bijaksana. Menghitung hari adalah tanda insaf bahwa kebijaksanaan dan hikmat sangat diperlukan untuk mengisi hidup. Kebijaksanaan dan hikmat adalah penting karena orang berhikmat dekat pada TUHAN Allah, Sang Maha Hikmat (Mazmur 111:10; Amsal 2:6; 8:1-36). Di sini, TUHAN Allah mengaruniakan hikmat kepada yang dikenan-Nya (Daniel 2:20; Pengkhotbah 2:26). Di samping itu, “orang bijak berhikmat dan dapat memimpin dengan benar dan adil” (I Raja-raja 3:16-28; Yesaya 32:1-2).
Orang bijak yang berhikmat memiliki integritas dan bersabar (Ayub 28:28; Amsal 25:17). Dan lagi, orang bijak lebih hebat dari orang kuat perkasa (Pengkhotbah 9:26), karena ia berakal budi (Kejadian 41:39). Kebijaksanaan dan hikmat menyegarkan jiwa (Amsal 2:10). Hikmat lebih berharga dari harta (Amsal 8:11; 16:16). Hikmat memberi harapan masa depan (Amsal 24:14).
Hikmat membuat orang lemah lembut (Amsal 32:26). Hikmat juga memberikan kekuatan untuk mengisi kehidupan yang berbahagia, penuh berkat, kekayaaan dan kemakmuran serta umur panjang (Pengkhotbah 7:19; Amsal 3:13-18). Dalam hubungan ini, orang yang belajar menghitung hari-harinya akan memperoleh hikmat dan bersikap berhikmat karena mengerti akan maksud dan kehendak TUHAN Allah yang bekerja dalam segala sesuatu (Roma 12:1-2; 8:28-30).
Dengan hikmat, orang yang menghitung hari-harinya memiliki akses meminta kesayangan dan sukacita TUHAN dalam semua pengalaman yang menyenangkan mau pun yang menyedihkan. Orang berhikmat akan melihat perbuatan dan semarak TUHAN dalam pengalaman hidupnya. Pada gilirannya, orang yang menghitung hari-harinya akan mengalami kemurahan dan peneguhan TUHAN dalam hidup dan kerjanya, sekarang serta di masa depan, termasuk Tahun Baru 2017 (ayat 13-17).
Prolog
Pada akhirnya, seperti kita telah “mengalami TUHAN” di tahun 2016, kiranya kita tetap sadar bahwa hidup adalah anugerah Allah untuk dinikmati. Dengan demikian, kita juga perlu sadar bahwa IA akan terus bekerja “dalam segala hal” untuk mendatangkan kebaikkan bagi kita. Dalam hal yang sejalan, kita memerlukan hati yang bijaksana untuk “memahami TUHAN” dan memaknai setiap pengalaman yang kita hadapi.
Pemaknaan pengalaman ini harus selalu disikapi dengan menerima bahwa Allah kita terus hadir dan bekerja dalam segala sesuatu demi mendatangkan kebahagiaan, kecukupan dan sukacitavbagi kita menghadapi kenyataan hidup dalam segala bentuk (Lihat: I Korintus 10:13; Roma 8:28-37). Ingatlah selalu dengan TUHAN Allah kita adalah pemenang! “Selamat menjalani Tahun 2017 bersama TUHAN Allah yang terus menghadirkan berkat dalam perjalanan hidup kita.” Imanuel!!!
Jakarta, Januari 2017
Salam dan doa,
Yakob Tomatala