Leadership, Thoughts, Books, Writing !

HUKUM EQUAL RECOMPENCE DALAM KEPEMIMPINAN

0 3,748

yaktomHUKUM EQUAL RECOMPENCE DALAM KEPEMIMPINAN

“Equal Recompence Law in Leadership”

FALSAFAH DASAR

Falsafah dasar bagi Hukum Equal Recompence berbunyi, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Yesus Kristus – Matius 7:12).

Pengantar Hukum “Equal Revompence” meletakkan landasan bagi sikap berkualitas yang bertanggung jawab dalam kepemimpinan.

Pengertian “equal” dalam hal ini dimaknakan sebagai “sama, sebanding, sama sebanding, sama persis, persis seperti …” Sedangkan istilah “recompence,” artinya ialah balasan, pembalasan yang dapat berupa kompensasi, penggantian, perbaikan, atau pengimbalan yang setimpal.

Equal Recompence di sini menjelaskan bahwa “setiap sikap, kata dan perbuatan yang dilakukan baik terhadap diri, orang lain bahkan TUHAN, baik secara positif, maupun negatif, memiliki efek atau dampak balik yang sepadan bagi diri sendiri” (Banding: Hukum Karma).

Istilah hukum equal recompence dalam kepemimpinan berarti “menetapkan sikap, kata dan perbuatan, merangkum dan menyampaikan pesan atau berita, bersikap dan bertindak dalam konteks kepemimpinan secara positif sebegitu rupa, sehingga membawa dampak balik yang positif.”

Dalam hubungan ini, kini timbul pertanyaan, “bagaimana menerapkan gagasan Hukum Equal Recompence ini dalam kepemimpinan?

Dari sudut pandang positif, penerapan Hukum Equal Recompence dalam kepemimpinan dapat dilakukan sebagai berikut.

MENETAPKAN SIKAP MANFAAT POSITIF
Apa makna sikap manfaat positif ini? Sikap manfaat positif adalah pertimbangan nurani berkesadaran tentang keuntungan bersikap, berkata dan bertindak positif dibanding bersikap, berkata dan bertindak negatif.

Hal ini dapat dilakukan melalui ketetapan berikut:

Pertama, Menetapkan untuk menjaga sikap hati (Amsal 4:23; Matius 15:19; Markus 7:21);

Kedua, Menetapkan untuk menjaga pikiran (Ulangan 15:9; I Korintus 2:16; Filipi 2:5; Efesus 4:23; Filipi 4:7; I Petrus 4:1).

Ketiga, Menetapkan untuk menjaga lidah atau mulut dan berbicara sebagai “orang di dalam TUHAN” (Kolose 3:17; Amsal 19:20; Keluaran 4:15).

Keempat, Menetapkan untuk menjaga tindakan sebagai Pemimpin Rohani (Galatia 6:1-10).

Kelima, Menetapkan untuk menjaga hubungan sebagai manusia rohani (I Korintus 15:33).

Keenam, Menetapkan untuk melaksanakan kerja “seperti kepada TUHAN” (Kolose 3:23).

Ketujuh, Menerapkan untuk menghadirkan kebenaran berkedamaian dan kebaikkan bermanfaat bagi semua orang (Filipi 4:5, 8-9).

BERPIKIR, BERSIKAP, BERKATA DAN BERTINDAK DARI KESADARAN KEHENDAK POSITIF

Apa sesungguhnya berpikir, bersikap, berkata atau berbicara dan bertindak dari kesadaran kehendak positif ini? Di sini

Pemimpin menyadari “Manfaat positif yang diteguhkan dengan kehendak positif, akan mempengaruhi pikiran, sikap, kata dan perbuatan yang berkecenderungan positif, membangun dan meneguhkan sesama.” Pengaruh kehendak positif dalam meneguhkan kepemimpinan terlihat pada sisi berikut:

Pertama, Pengaruh kehendak positif meneguhkan pikiran positif yang nampak pada sikap, kata dan perbuatan positif Pemimpin (Amsal 24:11).

Kedua, Ia akan berbicara benar, jujur dan menyenangkan sehingga memberkati sesama (Amsal 16:13; Filipi 4:8-9; Yesaya 33:15-16).

Ketiga, Ia akan berbijak hati, berpengertian, berbicara manis (Amsal 16:21).

Keempat, Ia berbicara tentang hal-hal yang membangun (I Korintus 14:3-4).

Kelima, Ia akan melakukan perbuatan yang membangun sesama (Nehemia 2:27-20).

DAMPAK BERSIKAP, BERPIKIR, BERKATA DAN BERTINDAK POSITIF Bersikap, berpikir, berkata dan bertindak positif memiliki dampak positif berikut dalam kepemimpinan seorang Pemimpin.

Pertama, Ia akan dikenyangkan dengan kebaikan dan “rewarding kerja” yang menyenangkan (Amsal 12:14; 22:4; 17:22).

Kedua, Ia akan terbukti berwibawa dan dihargai (Pengkhotbah 9:17; Amsal 22:11; 15:1-2).

Ketiga, Ia akan bertindak dengan adil sehingga membawa dan menghadirkan kemaslahatan kepada sesama (Yesaya 32:1-2; 11:4; Amsal 22:8-9, 16).

Keempat, Ia akan memberikan semangat dan membangun dengan sikap, kata serta perbuatan (Yesaya 50:4; Amsal 15:15, 17, 23, 28; 18:14; Yesaya 32:15-16).

Kelima, Ia akan selalu melakukan kebenaran dan kebaikan, apapun kondisi serta resikonya (Amsal 17:13, 15; Yesaya 32:1-2, 8, 17).

Keenam, Ia sangat memahami bahwa pikiran positif beranak pikiran positif; sikap positif beranak sikap positif; kata positif beranak kata positif; tindakan positif beranak tindakan positif.

Ketujuh, Ia menghayati implikasi Hukum Equal Recompence, di mana Ia berbuat benar (aktif berbagi damai) karena ia akan menuai kedamaian (timbal dari perbuatannya). “Hubungan dengan TUHAN harmonis.” Ia menghormati (aktif) karena ia akan dihormati (timbal balik) dengan menghormati. “Hubungan dengan sesama harmonis.” Ia mengasihi (aktif) karena ia akan dikasihi (timbal balik). “Hubungan dengan segala sesuatu harmonis.” Ia berbuat benar dan baik (aktif) karena ia akan menerima kebenaran dan kebaikan (timbal balik). “Hubungan dengan kerja harmonis.”

Dalam hubungan ini, Pemimpin akan selalu memegang kebenaran Sabda ini: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7).
PROLOG:

Camkan dengan cermat Firman TUHAN Allah ini: “TUHAN akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang” (I Samuel 26:23; II Samuel 22:25; Mazmur 18:20, 24; 51:6).

Dalam hal ini, Pemimpin sejati memilih untuk hidup dalam kebenaran, karena alasan berikut:

Pertama, Ia memahami nilai rewarding kebenaran yang tinggi di hadapan TUHAN Allah yang menghadirkan damai dan ketenangan sejati” (Mazmur 119:160; Amsal 1:3; 2:9; 8:7, 20; 10:2; 11:5, 6, 18, 19; 12:17-19, 28; 13:6; 16:8, 12, 31; 21:3, 21; Yesaya 42:17).

Kedua, Ia mempertahankan kesetiaan, dan keadilan dalam kebenaran sehingga banyak orang saling memberkati dalam kepemimpinannya (Yeremia 4:2; 9:24).

Ketiga, Ia akan hidup dalam kebenaran dan kebaikan, sehingga ia menjadi instrumen pembebasan bagi mereka yang tertindas dengan selalu membawa berkat (Yeremia 22:3; 51:10).

Semuanya dilakukan seperti ini, karena “kesadaran akan kebenaran Hukum Equal Recompence, di mana semuanya akan terus meneguhkan kepemimpinannya yang olehnya banyak orang diberkati.” Selamat melaksanakan amaran Hukum Equal Recompence!

Jakarta, September 2016 Salam Kepemimpinan, Yakob Tomatala

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.