KEPEMIMPINAN PERFORMANSI TINGGI “Clues for High Performance Leadership”
LANDASAN
“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah TUHAN” (Roma 12:9-11).
Pengantar
Noccolo Machiavelli mengatakan, “Manusia cenderung memiliki hati yang jahat, karena itu ia harus didekati dengan dua pendekatan. Pertama, Pendekatan Binatang; dan Kedua, Pendekatan Manusia. Pendekatan binatang adalah sikap dan tindakan yang keras. Sedangkan, pendekatan manusia adalah sikap dan tindakan berdasarkan hukum atau aturan. Dalam kaitan dengan kepemimpinan organisasi, orang cenderung mempertahankan kepemimpinannya dengan cara-cara yang dapat digolongkan sebagai “gaya binatang.” Cara ini dinampakkan dalam sikap berikut: 1) Sikap memanipulasi orang lain demi kepentingan diri sendiri. 2) Sikap menundukkan orang lain secara licik demi menguasai dan mempertahankan kepemimpinan. 3) Sikap keras “bertangan besi” memaksa orang untuk melakukan apa yang diingini (Markus 10:42; Matius 20:25). Apa yang terjadi dengan gaya kepemimpinan seperti ini? Kepemimpinan otentik melibatkan “sikap kolaboratif dengan rasa kemamusiaan terhadap orang lain” guna mengembangkan upaya memimpin dengan penuh penghargaan, sehingga kepemimpinan menjadi langgeng. Bagaimana mewujudkan kepemimpinan yang langgeng dalam koridor Roma 12:9-11 dan nasehat Niccollo Machiavelli di atas? Rahasia untuk mewujudkan kepemimpinan yang langgeng berperformansi tinggi secara konsisten ke akhir antara lain adalah:
MEMBANGUN KEPEMIMPINAN DI ATAS KASIH
Apa sesungguhnya kasih itu? Kasih di sini adalah “hubungan roh yang menghendaki dan mengupayakan kebaikan tertinggi bagi sesama.” Membangun kepemimpinan di atas kasih artinya secara aktif mengedepankan kekuatan roh yang menghubungkan dengan indikator ada kehendak benar dan kemauan baik untuk mengupayakan kebaikan tertinggi bagi sesama. Di sini terlihat ada sikap “altruis” yang “oriented others” sebagai pengikat yang menyatukan. Kasih yang mengikat menjamin “kesatuan” yang meneguhkan kepemimpinan setiap Pemimpin. Kasih yang menyatukan adalah sangat “manusiawi,” yang merupakan kuasa menangkal “sikap kebinatangan” dan juga merupakan kekuatan ampuh untuk meneguhkan “leadership stake” sehingga terpelihara langgeng. Karena itu, kasih yang sungguh-sungguh akan meneguhkan hubungan Pemimpin dan bawahan jika dihidupi serta diimpartasi secara konsisten. Dalam hal ini, kasih sejati menaklukkan kejahatan yang merongrong kepemimpinan (Roma 12:9).
MENEGUHKAN KEPEMIMPINAN DALAM KEHORMATAN Kepemimpinan yang langgeng sejatinya diteguhkan dengan rasa hormat. Sikap hormat adalah “kemauan hati untuk memberi tempat yang pas kepada sesama” (Filipi 2:1-11). Kemauan untuk memberi tempat yang pas bagi sesama hanya ada jika ada kasih sejati. Kasih yang diteguhkan oleh rasa hormat menyebabkan semua merasa dihormati yang mencipta rasa memiliki yang tinggi, sehingga kepemimpinan menjadi teguh. Menghormati sesama adalah wujud kasih sejati, sehingga huhungan kepemimpinan semakin kohesif dan meneguhkan hubungan. Hubungan-hubungan yang dibangun di atas rasa menghormati dalam kata serta praktek akan menghasilkan “semangat kesejawatan” dan “team spirit,” sehingga terciptalah kekuatan bersinergi (Roma 12:10). Dengan kekuatan bersinergi kinerja akan bergerak simultan dan menopang penyelenggaraan kepemimpinan yang proaktif serta dinamis.
MENJALANKAN KEPEMIMPINAN DENGAN HIGH SPIRIT
Kepemimpinan yang kuat sejatinya disikapi dan dijalankan dengan “high spirit” atau “semangat juang yang tinggi.” Semangat juang yang tinggi hanya ada jika kepemimpinan telah sampai pada tahap di mana semua komponen saling mengasihi dan menghormati secara otentik. Semangat juang menjadi tinggi karena ada kesamaan dan kebersamaan yang mengemuka sebagai kepentingan utama (Roma 12:11). Dengan mengutamakan kebersamaan maka akan ada “spirit begets spirit” yang saling mendorong dan saling mendukung untuk maju bersama. Spirit begets spirit ini adalah “kekuatan penyemangatan ampuh” yang mendukung komponen SDM dengan semangat juang yang tinggi. Semangat juang ampuh menyebabkan terciptalah “high performance leadership” yang berkobar menjalani sejarah upaya memimpin yang bertahan serta maju secara progresif merengkuh keberhasilan kerja.
PROLOG:
Tatkala Nehemia mengambil tanggung jawab kepemimpinan dengan visi, misi dan “strategic planning” yang konkrit didukung oleh “roh kebersamaan” – memberi keyakinan kuat kepadanya, sehingga dengan penuh semangat ia berkata: “Allah semesta langit, Ia-lah yang membuat kami berhasil. Kami hamba-hambanya telah siap untuk membangun” (2:20). Inilah gambaran terciptanya landasan bagi “high percormance leadership” dengan ketahanan kuat yang berjalan langgeng ke akhir, meraup keberhasilan secara signifikan. Semua ini dapat terjadi karena kepemimpinan dibangun di atas “kasih, rasa hormat dan semangat juang tinggi.” Kiranya!!!
Jakarta, September 2016 Salam Kepemimpinan Yakob Tomatala