Leadership, Thoughts, Books, Writing !

AWAS, PEMIMPIN JANGAN MEMBIARKAN DIRI DIJILAT-JILAT

8 1,758

Orang yang menjilat sesamanya membentangkan jerat di depan kakinya”  (Amsal 29:5).

PENGANTAR

Kepemimpinan melibatkan banyak orang, mulai dari pemimpin puncak dan para pemimpin, para manajer, para administrator serta semua bawahan. Orang-orang ini terhimpun dalam suatu organisasi yang juga melibatkan berbagai kepentingan. Kepentingan-kepentingan ini dapat digolongkan dalam dua sisi, yaitu 1. Kepentingan organisasi, yang merupakan kepentingan utama, kepentingan bersama yang harus diutamakan. 2. Kepentingan pribadi, dari setiap unsur manusia terkait dalam organisasi. Untuk kepentingan pertama, orang cenderung membuktikan secara umum bahwa mereka mementingkan organisasi dengan “bekerja keras” misalnya. Namun, soal pementingan kepentingan organisasi ini akan teruji dengan mencaritahu sejauh mana kepentingan pribadi terkait di dalamnya. Dalam hubungan inilah akan terlihat siapa sesungguhnya yang memperjuangkan kepentingan organisasi dan siapa sesungguhnya yang pemperjuangkan kepentingan pribadi. Pada sisi yang kedua inilah akan terbukti siapa pejuang organisasi yang sejati, siapa manusia asal jadi, siapa penggembira, siapa penonton, dan siapa penjilat. Mencermati semua ini, kini muncul pertanyaan, “apakah pantas bagi pemimpin membiarkan dirinya dijilat-jilat oleh penjilat?” Marilah kita simak bersama:

1.       MEMAHAMI PARA PENJILAT DISEKITAR ANDA SEBAGAI PEMIMPIN. Setiap orang dikenal dari apa yang diperjuangkannya, karena “Anda akan selamanya menjadi apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan dan apa yang Anda lakukan.” Ini dapat dibaca lho, hanya, pemimpin sejati tidak cepat curiga, ia mawas diri dan membiarkan waktulah yang membuktikan siapa sesungguhnya para penjilat sejati! Karena itu, pemimpin sejati dapat mengindentifikasi, siapa manusia sejati yang memperjuangkan kepentingan organisasi, dan siapa manusia penjilat di sekitarnya. Para penjilat atau ingrasiator adalah orang yag suka mendekati pemimpin secara berlebihan dengan sikap seolah ingin menjadi tangan kanan utama. Bagaimana mengenal para penjilat ini? Pertama, para penjilat kelihatannya sebagai anjing peliharaan yang jinak pada mulanya. Mereka akan selalu mengatakan ya Pak, baik Pak demi menyenangkan pemimpin bagi kepentingan mengambil hati, mencuri hati, menguasai hati pemimpin untuk merebut kepercayaan pemimpin kepada dirinya, agar ia dapat dijadikan tangan kanan utama dari pemimpin. Di sini penjilat bersikap sangat suka menolong pemimpin. Penjilat secara berlebihan memamerkan bahwa ia membela kepentingan pemimpin, dan selalu berpihak terang-terangan kepada pemimpinan. Kedua, para penjilat biasanya memiliki agenda yang tidak tertulis, tetapi dapat dibaca oleh pemimpin yang bijaksana. Agenda itu isinya adalah “menjadi penguasa dibalik kekuasaan pemimpin.” Keinginan berkuasa ini sesungguhnya sudah nampak dari awal, yaitu “ia berupaya menyita perhatian pemimpin bagi dirinya” yang dikakukan secara licik. Untuk tujuan ini, ia akan menyingkirkan siapa saja yang berupaya mendekati pemimpin yang dilakukannya dengan cara apa pun. Pemimpin sejati perlu tahu bahwa di sini si penjilat sesungguhnya sedang berupaya merebut kekuasaan pemimpin secara licik pula.

Ketiga, para penjilat akhirnya memperlihatkan taringnya sebagai “serigala sejati,” tatkala ia memperoleh kepercayaan, khususnya berhasil menguasai kepemimpinan. Kalau si penjilat belum berhasil mnenjadi pemimpin tertinggi, ia akan menggunakan tangan pemimpin untuk menindas sesama. Ia akan selalu mengatakan “menurut bos, … ini perintah bos …! Kalau ia sudah menjadi penguasa, ia akan terbukti mendominasi semua bagi dirinya. Ia terbukti tidak memperjuangkan kepentingan organisasi! Ia tidak peduli dengan siapa pun kecuali dirinya, ia mendominasi apa pun dan siapa saja! Ia akan bersikap defensif yang arogan atas apa dan siapa saja. Inilah saat-saat loceng kematian organisasi berdentang dengan sendirinya. Indikatornya, akan ada sikap suka-tidak suka, pencideraan, dan pihak memihak, perpecahan. Kesatuan dalam organisasi pecah, banyak persoalan tidak terselesaikan muncul silih berganti, lalu sirna meninggalkan luka-luka batin. Apa akibat dari keadaan seperti ini? (Baca: Amsal 29:2,7-16).

2.       PEMIMPIN SEJATI DAN PENJILAT SEJATI. Pemimpin sejati hidup dalam kebenaran dan melakukan keadilan, serta membawa sejahtera bagi semua orang dalam kepemimpinannya (Yesaya 32:8, 1-2, 17; Amsal 29:14). Pemimpin sejati dapat mengenal para penjilat karena ia sendiri bukan penjilat. Pemimpin sejati perlu mengingat bahwa para penjilat itu seungguhnya “serigala berbuluh domba.” Ia mempunyai kepentingan utama yaitu dirinya sendiri, dan agenda utamanya ialah, penjadi penguasa atau pendominasi sesungguhnya dengan berupaya menggunakan tangan pemimpin sebagai langkah awalnya. Di sini, pemimpin sejati harus menetapkan sikap bijak terhadap para penjilat.  Pertama, Pemimpin sejati berhati mulia dan tidak memberikan kesempatan merekrut dan mengangkat “anak emas” bagi dirinya, karena para penjilat suka diangkat menjadi anak emas, anak kesayangannya si bos. Inilah ciri utama para penjilat, “anak emasnya si bos.” Kedua, Pemimpin sejati dengan hati mulia akan menangkal para penjilat dengan memperlakukan setiap orang di sekitarnya dengan sikap bijakasana. Ia akan memberlakukan sikap mengasihi sama rata, dengan memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan semua pihak (Yohanes 13:34-35; Filipi 2:1-4). Pemimpin sejati tahu bahwa “kalau kepentingan organisasi diperjuangkan bersama, maka organisasi akan teguh dan kepemimpinan akan berhasil dengan membawa sejahtera bagi semua pihak.” Ketiga, Pemimpin sejati memenangkan pertarungan mengatasi para penjilat melalui sikap pembuktian diri sebagai pemimpin rohani yang altruis yang “mementingkan kepentingan sesama, yaitu sama rata sama rasa” (Galatia 6:1-10) dengan berbuat kebenaran dan kebaikan (Filipi 4:5,8-9), sehingga semua pihak menikmati sejahtera dan diberkati dalam kepemimpinannya.

3.       PEMIMPIN SEJATI DAN MENJILAT-JILAT. Pemimpin sejati tidak akan membiarkan dirinya dijilat-jilat, karena ia tidak memiliki borok untuk dijilat oleh anjing. Pemimpin sejati rendah hati dan selalu mawas diri, untuk menjauhkan kejaharan dari padanya (Ayub 28:28). Pemimpin sejati akan bersikap bijaksana sehingga ia akan mampu memisahkan “sanga dari perak,” dengan memberlakukan kebenaran dan kebaikan dengan komitmen bersama yang teguh untuk perjuangan bersama demi kebersamaan, sehingga ia dapat menujuk hidungbelangnya si penjilat (I Raja-raja 3:16-28). Sikap pemimpin seperti ini nanti akan membuat mereka yang suka menjilat akan terjulur lidahnya dan kelelahan, karena pemimpin terbukti kokoh dan tidak dapat dijilat.

PRINSIP MENYIKAPI PENJILAT DALAM KEPEMIMPINAN:

Berdasarkan uraian di atas, kita tentu dapat belajar bagaimana menjadi pemimpin sejati yang tidak membesarkan para penjilat, sehingga kesatuan dan kebersamaan organisasi dapat terbina secara harmonis dan mendatangkan keberhasilan dalam kepemimpinan. Kalau begitu, ingatlah prinsip di bawah ini:

  • Jadilah pemimpin sejati yang mengenal serta memberlakukan kebenaran dan keadilan dalam kepemimpinannya (Yesaya 33:15-16; Yohanes 14:6; 8:30-36; Efesus 5:8-11), sehingga ia terhindar dari sikap memihak-mihak yang salah, terhindar dari kekuasaan para penjilat.
  • Jangan memberi peluang kepada para penjilat dengan bersikap hati mulia, yang nampak dalam sifat, sikap, kata serta tindakan mengasihi yang sama rata, dan memberlakukan kebersamaan dalam  kepemimpinan (Yohanes 13:1, 34-35; 15:17), sehingga tidak ada kesempatan bagi penjilat untuk bergentayangan.
  • Hidarkan diri dari mencipta anak emas dalam kepemimpinan, sehingga para penjilat kehilangan taringnya dan menjadi serigala ompong.
  • Kalau Anda bawahan sejati yang mau menjadi pemimpin sejati, “jangan menjadi penjilat!”

Selamat menyikapi para penjilat secara bijak demi keberhasilan kepemimpinan!!!

Salam dan doa,

Dr. Yakob Tomatala

You might also like
8 Comments
  1. guntur silaban says

    Terima kasih pak saya sdiberkati, dengan paparan yang bijak yang mendidik. Tuhan memberkati bapak

  2. Yakob Tomatala says

    Shalom Bro Guntur:

    Salam kepemimpinan: BLESS “Be the Leader with Excellent Spirit and Soul.”

    Terimakasih untuk responnya. Doa saya kiranya web ini memberkati banyak orang, khususnya pemimpin-pemimpin baru seperti Anda. Jadilah pembelajar sepanjang hidup dan selamat berkelana dalam dunia kepemimpinan bersama-sama.

    Salam doa,
    Bp Yakob tomatala

  3. Semi Pakage says

    Terimakasih Bapak. TUhan Yesus menyertai
    Bapak, saya mau muat di Blog saya,,, Bolehkah saya mememuat ?

  4. Yakob Tomatala says

    Shalom Semi:

    Terimakasih Semi atas responnya. Kiranya artikel ini menjadi berkat bagi banyak orang. Tentu Semi bisa memuatnya dalam Blog-nya, dengan menyebut sumbernya. TUHAN Yesus memberkati dengan limpah. Terimakasih

    Salam doa,
    Bp Yakob T.

  5. rikson sianturi says

    Terima kasih pak atas artikelnya.karna sekarang saya baru paham akan seorang pemimpin yang bijaksana. bolehkah ini saya download pak,agar bisa menjadi acuan dikemudian hari untuk menjadi pemimpin yang sebenarnya bagi setiap orang…?Tuhan Yesus memberkati bapak dan keluarga.

  6. Yakob Tomatala says

    Shalom Bro Rikson:

    Terimakasih Rikson untuk mengambil waktu belajar tentang kepemimpinan. Harapan saya agar artikel ini dimanfaatkan secara bertanggung jawab. Kiranya artikel ini bermanfaat bagi kehidupan serta pelayanan sekarang dan dikemudian hari.

    Salam,
    Bp Yakob T.

  7. muel says

    Iya,
    Bagus artikel’a…
    Mudah2an Bos saya bc neee…

    Tp sayang bos saya malah menjilat anak buah!!!
    Ini kenapa ya???

  8. Yakob Tomatala says

    Salam Bro Muel:

    Terimakasih atas pertanyaannya. Kuasa kepemimpinan (leadership power) pada seorang pemimpin membuka peluang bagi orang-orang di sekitarnya untuk menjilat (ingratiation) dirinya. Dengan demikian, pemimpin harus sadar diri dengan menetapkan sikap bahwa “ia akan menghargai sesama dengan sama rata secara tulus” sebisanya, sehingga ia akan sensitif mengidentifikasi siapa-siapa adalah penjilat sejati di sekitarnya. Melalui sikap ini, ia setidaknya melindungi dirinya dari penjilatan. Pada sisi lain, seorang bawahan sejati tidak perlu menjilat, ia tinggal menetapkan untuk mengabdi secara tulus dan mengerjakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan sekuat-kuatnya. Pekerjaan benar, baik dan sehat akan berbicara banyak tentang dirinya, sehingga apabila organisasinya berorientasi kepada penialain berdasarkan karir, maka pekerjaan Anda akan bersaksi tentang kualitas Anda, dan Anda akan memperoleh jalan ke atas tanpa menjilat.

    Salam,
    Bp. Yakob T.

Leave A Reply

Your email address will not be published.