MEMBANGUN SIKAP: MENJADI PEMIMPIN ADALAH SUATU KEHORMATAN
“Jikalau tidak ada pimpinan jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasehat banyak keselamatan ada” (Amsal 11:14).
PENGANTAR
Apakah benar bahwa seseorang yang menjadi pemimpin adalah suatu kehormatan baginya? Pertanyaan ini menarik untuk disimak, dalam upaya meneguhkan setiap orang yang menjadi pemimpin bijak, guna menjalankan kepemimpinannya secara penuh berkat dan langgeng.
- MENJADI PEMIMPIN ITU KEHORMATAN ATAS PANGGILAN TUHAN ALLAH. Seseorang yang menjadi pemimpin adalah kehormatan karena panggilan dari TUHAN Allah. Kebenaran ini menegaskan bahwa seseorang yang menjadi pemimpin adalah dia yang punya tempat khusus dalam rencana Allah untuk menjadi pemimpin (Yeremia 1:5; Matius 20:23; Markus 10:40; Yohanes 3:27; Banding sebagai contoh: Keluaran 2:23-4:17; Yosua 1:1-18; I Samuel 3:1-4:1a; 16:1-13; dsb). Pemimpin yang terpanggil ini memiliki tempat khusus dalam rencana Allah, yang olehnya ia patut mensyukurinya. Dengan demikian, pemimpin yang memimpin secara sadar bahwa ia terpanggil dan dipercayai TUHAN, maka ia akan bersikap menghargai kepemimpinan pemberian TUHAN itu. Di sini pemimpin harus terus bertanya, apakah TUHAN senang dengan hidup saya dan kepemimpinan saya? Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk terus membenahi hubungan dengan TUHAN.
- MENJADI PEMIMPIN ADALAH SUATU PENGHORMATAN. Menjadi pemimpin sebagai suatu penghormatan diawali dengan adanya dukungan kepada seseorang untuk menjadi pemimpin. Dukungan ini menyebabkan ia mejadi pemimpin, maka ia sedang dihormati. Sebagai pemimpin, ia ditempatkan pada tempat kehormatan, di mana semua orang yang dipimpin sedang memberikan pengormatan kepadanya. Penghormatan ini diberikan dengan cara memberi diri dipimpin dan menyebut diri sebagai bawahan. Pemimpin yang menyadari kebenaran ini dan memimpin dengan hati dan kasih setia, olehnya ia akan dihargakan Allah dan manusia (Amsal 3:1-4), sebagai bagian penghormatannya. Pemimpin harus selalu melihat bawahan sebagai sedang memberikan kepercayaan kepadanya, dengan memberikan penghargaan yang patut bagi dukungan yang mereka berikan. Sikap pemimpin ini adalah agar pemimpin tetap memperoleh kepercayaan dengan kehormatan yang mereka berikan.
- MENJADI PEMIMPIN ADALAH KESEMPATAN LANGKA. Seseorang yang menjadi pemimpin sedang memasuki kesempatan langka. Kesempatan langka ini ada karena dua faktor penting. Pertama, Pemimpin membuktikan diri bahwa ia terpanggil oleh TUHAN menjadi pemimpin dan ia secara bertanggungjawab mengisi panggilan itu yang karenanya ia diakui sebagai kredibel. Kedua, orang lain dengan sukarela memberikan peluang kepada pemimpin untuk menjadi pemimpin dan memimpin. Orang lain menjadi bawahan bagi pemimpin adalah suatu kesempatan langka, karena itu pemimpin harus melihatnya sebagai peluang langka berada di atas orang lain. Kesempatan ini memberikan segalanya bagi pemimpin untuk menyebabkan apa pun untuk dapat terjadi, karena itu, ia tinggal menetapkan sikapnya; apakah ia memilih jalan bijak (memimpin dengan hikmat) atau jalan bajak (memimpin dengan menggaruk) untuk memimpin. Apabila pemimpin memimpin dalam kebenaran dan keadilan, maka ia mengisi kesempatan langka ini dengan nilai abadi yang membuat kepemimpinannya langgeng karena ia memberkati banyak orang (Yesaya 32:1-2; Daniel 12:3; I Raja-raja 3:7-13, 28).
- MENJADI PEMIMPIN ADALAH PELUANG BESAR UNTUK MENGABDI. Pemimpin sejati akan menyadari bahwa menjadi pemimpin sesungguhnya adalah peluang untuk mengabdikan diri. Dengan kesadaran ini sajalah pemimpin dapat membuktikan kualitas diri dan kualitas kepemimpinannya. Pemimpin yang memimpin sebagai pengabdi yang melayani, akan berada di atas tanpa terganggu oleh sikap pengatasan diri (mengatas-ataskan diri), ia menjadi besar tanpa membersar-besarkan diri, ia menjadi tinggi tanpa meninggi-ninggikan diri (Markus 10:41-47), karena ia memberkati banyak orang. Ia mengataskan orang maka ia akan terus di atas, ia membesarkan orang maka ia akan terus besar; ia meninggikan orang,maka ia akan tetap tinggi, dan kepemimpinannya akan terus menjaya.
- MENJADI PEMIMPIN ADALAH DESTINI. Menjadi pemimpin pada akhirnya adalah suatu destini yang diatur TUHAN Allah, karena itu, kepemimpinan adalah suatu kehormatan. Pemimpin yang mensyukuri ini dan mengisi kepemimpinannya dengan roh hikmat, kebenaran, dan keadilan maka akan ada shalom dan keabadian menghiasi kehidupannya, kepemimpinannya, serta destininya (Yesaya 32:8, 17; 33:15-16).
PERENUNGAN
- Coba renungkan, apa yang akan terjadi dengan seorang pemimpin yang menerima dengan yakin serta rendah hati bahwa ia terpanggil oleh TUHAN Allah untuk memimpin. Bagaimana kalau pemimpin bersikap takabur?
- Apa yang akan terjadi dengan pemimpin yang menghargakan dan memberikan tempat di hatinya bagi bawahannya? Dan, apa yang akan terjadi apabila pemimpin bersikap sombong?
- Bayangkanlah, apa yang akan terjadi dalam kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang menyadari bahwa kepemimpinannya adalah kesempatan langka, yang harus diisi dengan semua yang berguna, dan harus ditangani dengan penuh hikmat dan kasih? Bagaimana jika seandainya pemimpin bersikap arogan?
- Bisakah Anda melihat apa yang akan terjadi dengan pemimpin yang memimpin secara penuh pengabdian? Bagaimana kalau pemimpin menggunakan tangan besi?
- Apakah Anda dapat menilai akibat dari apa serta bagaimana pemimpin yang memimpin dengan rasa syukur berlandaskan roh hikmat, kebenaran dan keadilan? Apa yang tejadi bila pemimpin bersikap kasar, khianat dan tidak adil dalam kepemimpinan?
Tentu Anda dapat menentukan sikap mana yang patut bagi pemimpin sejati!!!
Selamat menjadi pemimpin terhormat yang memimpin dengan kehormatan!!!
Jakarta, 17 November 2009
Dr. Yakob Tomatala
terimakasih udah buat artikel ini
saya suka dengan konten yang ada di blog anda.
Salam sejahtera.
Terimakasih Mjenisay untuk komentarnya. Kiranya artikel-artikel tentang kepemimpinan dalam blog ini bermanfaat untuk menopang hidup dan karir. Selamat dan sukses.
Salam,
Bp. Yakob Tomatala