Leadership, Thoughts, Books, Writing !

REFLEKSI NATAL: INDONESIA BARU

0 669

Natal membawa Transformasi membangun Indonesia Baru yang Autentik Konkrit

 “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (II Korintus 5:17).

PENGANTAR

Natal 2012 kita masuki dan syukuri dalam kondisi kekinian yang semakin rumit dan kompleks karena berbagai kemelut. Kompleksitas ini ditandai oleh kenyataan eksternal dan internal mulai dari bencana alam beruntun, pertentangan lini vertikal antar kekuasaan pusat – daerah, pertikaian horisontal antar strata dan kelompok masyarakat, persoalan organisasi, ekonomi, bisnis, rumah tangga sampai pada kerumitan hidup setiap individu.

Dalam kondisi kekinian seperti, kita merajut Tema Natal 2012 “INDONESIA BARU” untuk disyukuri serta diperjuangkan. Meresponi kenyataan ini, adalah bijak bagi kita untuk bertanya, “Apa sesungguhnya makna Indonesia Baru bagi kita, baik sebagai kelompok, mau pun sebagai individu? Apa makna Indonesia Baru bagi kita menjalani kondisi kekinian di Tahun 2012 ini menyongsong Tahun Baru 1013 yang akan datang? Bagaimana kita menyikapi tema natal ini baik secara implisit  mau pun secara eksplisit?

Mencermati Tema Natal Indonesia Baru, saya meganjak kita untuk melihat Indonesia dari perspektif sejarah, dimana Parakitri T. Simbolon dalam bukunya “Menjadi Indonesia” ia berbicara mengenai nationhood Indonesia dengan mengatakan: “Menjadi Indonesia bercerita tentang proses panjang terbentuknya kebangsaan Indonesia sejak awal mula sejarah Nusantara hingga menjelang perang Pasifik.” Selanjutnya, menurut Simbolon, nationess Indonesia menekankan tentang tanggung jawab atas hasil yang sudah cicapai. Dalam hubungan ini, melihat Indonesia dari perspektif sejarah, dapatlah dikatakan bahwa Indonesia kini adalah suatu kenyataan, yang dapat pula dikatakan bahwa ia ada dan berada oleh kehendak TUHAN Allah Maha Pencipta, “karena tidak seorang pun dapat mengambil sesuatu bagi dirinya jika tidak dikarunikan dari atas” (Yohanes 3:27). Meresponi penekanan yang diberikan Simbolon, kita diajak untuk bertanya, “apa sesungguhnya yang harus kita lakukan sebagai upaya untuk mewujudkan tanggung jawab kita membangun Indonesia Baru, kini dan di sini, hari ini?

Melihat dari sudut pandang etika kebangsaan, Stevri Indra Lumintang berbicara mengenai “Re-INDONESIA-nisasi” dengan mengatakan, “Re-indonesianisasi adalah komitmen kembali kepada Indonesia yang semestinya.” Menurut Lumintang, Indonesia yang semestinya adalah Indonesia yang dibangun di atas landasan idiil bangsa, yaitu Pancasila dan landasan konstitusionilnya, yaitu UUD 45 (asli). Menelisik gagasan re-indonesianisasi, Lumintang menujuk kepada setidaknya sepuluh (10) indikator penghambat. Salah satu dari faktor penghambat ini adalah “Krisis multi-dimensi yang berakar pada enam dosa besar, yaitu antara lain: “Dosa diskriminasi, dosa manipulasi kekuasaan, dosa kekerasan terhadap kaum lemah, dosa korupsi, dosa pelanggaran HAM, dosa penistaan atau pengutukkan sesama.” Menyikapi faktor ini yang dapat menjadi penghalang riil bagi upaya membangun Indonesia Baru, maka kita ditantang untuk bertanya, “apa sesungguhnya relevansi Tema Natal Indonesia Baru yang yang kita usung untuk disyukuri? Apa makna pernyataan ini bagi kita secara konstituen mau pun individu? Apa implikasinya bagi tanggung jawab kita, sembari mensyukuri Natal Tahun 2010 ini? Bagaimana kita memaknai Indonesia Baru dari perspektif Teks Natal II Korintus 5;17 ini? Setidaknya ada dua (2) alasan kuat sebagai dasar perenungan Natal kita:

I.   NATAL MEMBAWA TRASFORMASI MENJADI INDONESIA BARU YANG AUTENTIK

  • Apa sesungguhnya makna dari pernyataan bahwa Natal membawa transformasi menjadi Indonesia Baru yang autentik ini?
  1. Natal adalah kuasa transformasi spiritual moral, yang membawa pemastian harkat sebagai umat Perjanjian Allah. Kebenaran ini menjelaskan bahwa Putra Natal, Yesus Kristus adalah Juruselamat yang oleh kuasanya IA mentransformasi hidup, meneguhkan harkat, status dan peran umat-Nya untuk menjadi alat pembangunan secara internal, dimana di dalam DIA yang membebaskan kita dari dosa, kita menjadi manusia baru (Matius 1:21; II Korintus 5:17). Kebenaran ini menegaskan bahwa di dalam Putra Natal yang adalah Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa Yang Kelal, Raja Damai itu TUHAN Allah membawa perubahan yang menjadikan manusia berdosa sebagai hamba-Nya (Kisah para Rasul 4:12), yang memiliki harkat dan status sebagai umat Allah serta berperan sebagai alat pembangunan internal untuk meneguhkan kehidupan umat-Nya. Alasan kuat untuk ini adalah bahwa TUHAN telah menetapkan kita menjadi umat-Nya, yang di dalamnya ada harkat dan status sebagai hamba-Nya, yaitu status Umat Perjanjian untuk menikmati segala janji berkat Allah serta menjadi alat berkat kepada dunia di mana kita berada (Kejadian 12:1-3; Galatia 3:29; Ulangan 28:1-14).
  2. Natal meneguhkan karsa baru yang memungkinkan harapan Indonesia Baru menjadi suatu niscaya. Karsa baru ini dilukiskan oleh Rasul Paulus dengan mengatakan: “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk DIA, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (II Korintus 5:14-15). Natal dalam hal ini mengharuskan adanya sikap bekemauan baik dan berkehendak benar guna rela berkorban mengambil tanggung jawab yang dilandasi komitmen kuat atau “janji hati” yang teguh untuk hidup bagi Kristus guna menjadi alat pembangunan, membangun Indonesia Baru yang autentik. Membangun Indonesia baru yang autentik berarti ada komitmen  yang dilandasi kesediaan berkorban untuk memulai menjadi alat pembaruan , yang dapat dimulai dari diri, rumah tangga, masyarakat dan peradaban, dengan membawa nilai-nilai pembaruan oleh Injil ke dalam lingkup hidup dan karir di  mana kita ditempatkan TUHAN.

Implikasi:

  1. Natal bagi kita memberikan kepastian bahwa pembaruan spiritual – moral adalah landasan bagi pembaruan menyeluruh yang autentik. Natal menegaskan bahwa setiap orang Kristen harus membenahi dan mematutkan keyakinan dan sikapnya bahwa di dalam Kristus, mereka adalah manusia baru yang memiliki harkat baru (II Korintus 5:17), yaitu telah mengalami transformasi kehidupan, dari manusia berdosa menjadi umat kesayangan TUHAN Allah (Kolose 3:5-11), yang memiliki jaminan Perjanjian Berkat TUHAN. Mereka yang dibarui sajalah yang dapat menjadi alat transformasi  autentik bagi dunia.
  2. Natal memberikan jaminan bahwa pembaruan spiritual – moral dapat menjadi landasan untuk meneguhkan diri dengan komitmen membangun Indonesia Baru yang autentik. Natal menegaskan bahwa mereka yang telah dibebaskan TUHAN Allah menjadi milik-Nya, terikat kepada peran dan tanggung jawab yang harus ditopang kemauan baik serta komitmen berkorban untuk membangun sesama, sehingga melalui kehidupan Umat TUHAN (Galatia 6:1-10), ada kuasa membangun Indonesia Baru secara autentik.  Dengan harkat dan status sebagai umat Allah, melekat peran untuk menikmati serta menjadi alat shalom secara internal, untuk membangun diri menjadi umat keberkatan di dalam TUHAN, sehingga Indonesia Baru sesungguhnya menjadi suatu niscaya.

II.  NATAL ADALAH DINAMIKA MEMBANGUN INDONESIA BARU YANG KONKRIT

  • Apa sesungguhnya makna dari kebenaran bahwa Natal adalah dinamika membangun Indonesia Baru yang konkrit ini?
  1. Natal menegaskan bahwa ada potensi intrinsik secara spiritual – moral menjadi manusia pembangun yang andal. Sesungguhnya Natal menegaskan adanya tindakan TUHAN Allah yang meneguhkan kehidupan Umat-Nya, sehingga mereka mejadi alat penerang, menyinari kegelapan. TUHAN Yesus berkata, “Kamu adalah terang dunia” (Matius 5:14a), yang berhubungan dengan sabda TUHAN Allah yang menegaskan:“Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa” (Yesaya 49:6)yang menunjuk kepada kehendak Allah bagi Umat-Nya. Kehendak Allah ini ialah yaitu bahwa IA akan meneguhkan mereka menjadi alat penerang alat pembangunan, untuk menerangi kehidupan bangsa-bangsa yang berada di dalam kegelapan.
  2. Natal menegaskan adanya kapasitas untuk membangun Indonesia Baru yang dapat terwujud secara konkrit. Natal memastikan bahwa umat Allah yang telah dijadikan-Nya menjadi terang harus berperan aktif menjadi penerang bagi bangsa-bangsa, guna memenuhi maksud TUHAN kekal. Maksud TUHAN Allah yang kekal adalah agar shalom dari pada-Nya menggapai seluruh penjuru dunia., yaitu“supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.” Kebenaran ini menegaskan bahwa tujuan Natal dari Allah itu bersifat inklusif, yaitu untuk memberkati bangsa-bangsa dengan keselamatan sempurna dari pada-Nya.  Keselamatan dari pada TUHAN Allah ini adalah jaminan bahwa terang akan menerangi kegelapan, sehingga kondisi yang semenggenas apa pun akan sirna dengan hadirnya terang TUHAN  yang dinyatakan oleh hidup dan peran serta Umat-Nya. Kebenaran ini memastikan bahwa apabila umat Allah terlibat aktif menjadi alat pembangunan dengan potensi serta kapasitas yang ada padanya, maka Indonesia Baru yang niscaya itu akan terwujud secara autentik konkrit, karena “segala dapat dimulai dari kita,” umat kesayangan TUHAN.

Implikasi:

  1. Natal menegaskan bahwa trasnsformasi yang kita alami merupakan kapasitas dasar untuk membangun Indonesia Baru secara spiritual, etika,  dan moral, sebagai landasan membangun sivilisasi shalom yang penuh damai sejahtera. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Natal memberikan jaminan bahwa di dalam DIA, Putra Natal itu, kita memiliki kapasitas membangun Indonesia Baru yang konkrit.
  2. Natal memastikan bahwa membangun Indonesia baru adalah keniscayaan yang akan terbukti konkrit, kini dan di sini. Alasan kuat untuk kebenaran ini ialah karena Natal membawa transformasi dari TUHAN Allah melalui Putra Natal yang membawa kepastian, bahwa segala sesuatu akan dibaharui oleh DIA yang memiliki segala kuasa di sorga dan di bumi (Matius 28:18-20).

KESIMPULAN

Kebenaran tentang Kuasa Natal untuk membangun Indonesia Baru yang autentik konkrit menjadi pasti sepasti kehadiran Putra Natal, Juruselamat dunia dengan kuasa pembaruan yang ada pada-Nya. Menyimak semua ini, ada beberapa penekanan yang harus ditegaskan, yaitu antara lain:

  1. Indonesia baru hanya dapat dibangun degan kekuatan “spiritual – moral” yang dijamin oleh kuasa PutranNatal. Natal dalam hal ini adalah penyataan kasih Allah yang membebaskan dari dosa dan maut, membawa transformasi kehidupan (II Korintus 5:17), sehingga umat kesayangan-Nya menjadi teguh dan mampu memerankan harkat dan status sebagai alat pembangunan yang mengokohkan kehidupan umat Allah sehingga mereka bersatu teguh menjadi alat pembangunan bangsa.
  2. Keniscayaan membangun Indonesia Baru dilandaskan pada “Kebenaran seputar Putra Natal, Penjamin kesejatian transformasi” Indonesia Baru yang autentik konkrit, yang dimulai dari kita, Umat Kesayangan TUHAN. Natal memastikan bahwa umat Allah yang telah diteguhkan TUHAN, direvitalisasikan-Nya menjadi alat penerang sehingga mereka dapat menjadi  pembawa berkat shalom, membawa “keselamatan” kepada bangsa-bangsa. Karena Firman TUHAN menegaskan “… keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam DIA, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatan” (Kisah Para Rasul 4:12). Kebenaran ini menjadi pasti, sebab Natal memastikan bahwa Anak laki-laki itu akan dinamakan Yesus, “karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-nya dari dosa mereka”  (Matius 1:21). Dengan pembebasan total oleh Putra Natal ini, Umat Allah dapat menjadi alat pembebasan bagi dunia yang gelap, sehingga “Terang yang sesunguhnya yang menerangi semua manusia menjadi nyata, kini, di sini, sekarang ini, dengan menjawab tantangan kegelapan yang merambah dunia.”
  3. Natal dalam hal ini memastikan bahwa menjadi Indonesia Baru adalah suatu keniscayaan yang dibangun diatas transformasi autentik dan peran serta umat TUHAN menjadi alat pembangunan yang konkrit, membangun Indonesia Baru yang sejahtera dengan alasan:
  1. Putra Natal yang membawa transformasi menjamin adanya “pembaruan yang membaharui secara autentik” yang memastikan adanya Indonesia Baru yang konkrit.
  2. Putra natal meneguhkan pembangunan Indonesia Baru yang shalom dengan pemulihan hati serta membaharui hubungan total, sehingga TUHAN Allah akan diagungkan dan bangsa akan menikmati sejahtera yang autentik konkrit.

Dengan demikian Natal memberikan jaminan bahwa apa pun kondisi kehidupan umat TUHAN di tengah dunia yang bergejolak sekali pun, mereka akan diteguhkan-Nya untuk saling meneguhkan serta siap menjadi alat berkat dari TUHAN Allah membangun Indonesia Baru yang autentik konkrit.

Selamat menjadi berkat, selamat membawa shalom yang kekal dari TUHAN Allah kepada gereja dan bangsa-bangsa. Selamat menjadi alat pembangunan dari TUHAN. Selamat Natal!! TUHAN  memberkati. Amin.

Pelayan Firman,

Pdt. Dr. Yakob Tomatala.

 

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.