Leadership, Thoughts, Books, Writing !

CERMATI, PEMIMPIN SEJATI JANGAN BERCABANG LIDAH

0 982

Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.”  (Amsal 4:24).

PENGANTAR

Bercabang lidah, apa pula ini? Makluk yang bercabang lidah adalah ular dan satwa reptil sejenis. Bercabang lidah adalah bagian utuh dari harkat makluk yang satu ini. Bercabang lidah pada sisi lain, adalah juga terma sinistik bagi orang yang suka bercabang kata. Bercabang kata bersumber dari “hati yang tidak selaras dengan kata-kata yang diucapkan.” Hal ini seperti yang diungkapkan dalam Amsal 10:11b, “mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman” yang tersembunyi di lubuk hatinya. Di sini ia bicara A, di sana bicara B. Bicara A dan B  ini bukanlah A alias A yang lurus, atau B alias B yang lurus, tetapi A yang dibengkokkan, B yang dipelintirkan, yang dimaknai sesuka hati yang bercabang. Tindakan ini sesungguhnya dilakukan untuk maksud bercabang yang pasti berdampak mencabang-cabangi, mengharu birukan dan menghancurkan hubungan-hubungan dalam kepemimpinan. Dalam kaitan ini, mengingat bahwa “kata-kata pemimpin itu bertuah,” maka pemimpin yang bijak harus menjauhkan diri dari sikap bercabang lidah dengan menyadari bahwa “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran” (Amsal 21:23), karena “Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat” (Amsal 29:2).  Karena itu, marilah kita simak bersama, bagaimana menjadi pemimpin yang mampu menolak sikap bercabang lidah ini!

1.       BECABANG LIDAH DATANG DARI HATI YANG BERCABANG. Setiap orang dikenal dari apa yang ada dalam pikiran, perkatataan dan perbuatannya, yang muncul dari keaslian hati-nya. Kebenaran tentang hubungan hati dan kata ini diungkapkan oleh Rasul Yakobus dengan mengatakan: “adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? ….. adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar” (Yakobus 3:11-12). Kebenaran ini menegaskan bahwa dari hati (mata air) yang terjaga baik, akan mengalir kehidupan, sedangkan dari hati yang bercabang (fasik), akan keluar kata-kata bercabang yang membawa kematian (Amsal 4:23). Bercabang lidah muncul dari hati yang murdad (Amsal 14:14) dan hati yang bebal (Amsal 15:7), sehingga kata-katanya bercabang-cabang dan melukai di sini melukai di sana. Bercabang lidah ini bersumber dari hati yang bercabang. Hmm!

2.       BERCABANG LIDAH DAN LIDAH BERCABANG-CABANG. Pemimpin sejati menyadari bahwa ia bertanggung  jawab atas kepemimpinan yang diembannya. Tanggung jawab ini diwujudkan dengan menjaga lidahnya sebagai orang bijak, karena “Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan” (Amsal 14:16a), sehingga bagi dia YA adalah YA, TIDAK adalah TIDAK. Ia mengerti bahwa kata-katanya adalah janji, janji adalah utang, dan utang harus dibayar, karena itu ia konsisten YA adalah YA, TIDAK adalah TIDAK dengan tidak bercabang lidah. Ia sadar bahwa ia bukanlah ular, sehingga ia tidak boleh membiarkan lidahnya bercabang. Lidah bercabang biasanya diikuti dengan patukan yang melukai  bercabang-cabang seperti tikaman pedang (Amsal 12:18a). Inilah pekerjaan ular sejati! Pemimpin sejati menggunakankata-katanya untuk memberkati.

3.       PEMIMPIN SEJATI DAN PEMIMPIN BERCABANG LIDAH. Siapa sesungguhnya pemimpin sejati itu? Pemimpin sejati tidak bercabang lidah, karena ia memiliki kearifan dari hati yang bijaksana (Yesaya 32:8). Ia tahu bahwa ia adalah pemimpin rohani yang bertanggung jawab “mendisiplinkan diri” dengan mengekang lidahnya (Yakobus 2:26; 3:1-11), karena ia mengerti bahwa dengan memelihara lidahnya, ia memelihara dirinya (Amsal 21:23). Pemimpin rohani menyadari bahwa ia harus hidup sebagai “orang arif” yang mengerti kehendak TUHAN, karena ia penuh dengan Roh sehingga kata-katanya membesarkan TUHAN Allah-nya serta memberkati banyak orang. Pemimpin rohani mewadahkan kehidupan rohani penuh berkat, dimana semua yang ada dalam kepemimpinannya “merendahkan diri seorang kepada yang lain dalam takut akan Kristus” (Efesus 5:15-21). Dalam hubungan ini, lidah pemimpin rohani akan selalu membawa kesembuhan (Amsal 12:18b) bagi orang-orang yang ada disekitarnya, karena “Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi, dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan” (Amsal 16:23). Pemimpin rohani akan selalu berbicara benar, berbicara jujur (Amsal 16:13) karena ia memelihara kasih setia, dimana Firman Allah ada di dalam hatinya sehingga ia diperkenankan Allah dan manusia yang olehnya jalannya selalu lurus (Amsal 3:1-6). Pada sisi lain, indikator dari pemimpin bercabang lidah adalah: Pertama, lidahnya selalu curang dan melukai hati orang lain (Amsal 15:4b), karena hatinya tidak jujur (Amsal 15:7b). Kedua, Pemimpin bercabang lidah suka mencemooh (Amsal 15:12a), ia pemarah dan suka membangkitkan pertengkaran, suka berkhianat (Amsal 15:18a). Ketiga, Pemimpin bercabang lidah hatinya keji, sombong, lidahnya dusta, tangannya menumpahkan darah, suka membuat rencana jahat dan suka akan kejahatan, ia selalu berdusta dan menyemburkan kebohongan sehingga menimbulkan percideraan pertengkaran antara saudara (Amsal 6:16-19; 26:21-28). Keempat, Pemimpin bercabang lidah suka menindas (Amsal 28:18) sehingga menyesatkan sesamanya dan membawa mereka di jalan yang tidak benar (Amsal 16:29). Kelima, Pemimpin bercabang lidah selalu siap untuk menerkam dengan mencari-cari mangsanya (I Petrus 5:8). Hmm, lagi-lagi ini mengindikasikan pekerjaannya si ular!

MENYIKAPI MANUSIA BERCABANG LIDAH DALAM KEPEMIMPINAN:

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat belajar bagaimana menjadi pemimpin sejati yang tidak bercabang lidah. Kalau begitu, simaklah prinsip di bawah ini:

  • JADILAH PEMIMPIN SEJATI YANG TIDAK BERCABANG LIDAH:
  • Pemimpin sejati tidak bercabang lidah, karena hati-nya dibangun di dalam kebenaran, kasih dan kebaikan TUHAN. Pemimpin sejati mencintai kesucian hati sehingga manis bicaranya (Amsal 22:11). Ia baik hati dan diberkati dengan membagi rezeki kepada sesama (Amsal 22:9). Ia menjaga hatinya (Amsal 4:23) sehingga ia membawa kehidupan berarti yang selalu memuliakan TUHAN Allah-nya dengan pikiran, sikap, kata serta perbuatan, karena sadar bahwa “segala sesuatu dari DIA, oleh DIA dan bagi DIA-lah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36).
  • Pemimpin sejati yang tidak bercabang lidah akan selalu menggunakan lidahnya untuk memberkati sesama, karena ia memiliki hikmat yang dari atas dalam cara hidup yang benar dan baik melalui sifat, sikap, kata dan perbuatan yang lemah lembut sehingga ia membawa sejahtera bagi semua yang tersentuh oleh kehadirannya (Yakobus 3:13-18; Matius 5:5).
  • Pemimpin sejati menampakkan kebijakan berkeadilan yang membawa damai yang memberkati yang terbukti dalam sikap, sikap, kata (keputusan) dan tindakan (I Raja-raja 3:16-28; Yesaya 32:1-2, 17), sehingga kepemimpinannya langgeng.
  • KENALILAH MANUSIA BERCABANG LIDAH:
    • Manusia bercabang lidah – hatinya bercabang, sifatnya bercabang, sikapnya bercabang, katanya bercabang, dan perbuatannya bercabang, yang menikam, menusuk, memecahkan hubungan-hubungan baik, sehingga terpecah bercabang-cabang dan menjadi poranda, membawa percideraan serta pertengkaran yang menghalau damai sejahtera (Lihat: II Timotius 3:1-9; Amsal 21:10).
    • Manusia bercabang lidah matanya bercabang, ia tidak tahan melihat kebenaran diamalkan, ia takut kepada kejujuran dan keadilan, karena hatinya tidak jujur (Amsal 21:15).
    • Manusia bercabang lidah adalah pembohong karena ia bersahabat dengan Bapa Pembohong yang selalu berbohong karena tidak hidup dalam kebenaran (Yohanes 8:44).
    • Pada akhirnya dapat dirangkum bahwa manusia bercabang lidah, hidup dengan hati, sifat, sikap dan kata serta perbuatan yang bercabang. Kalau begitu, hindarilah menjadi manusia bercabang lidah, ini ular!

Selamat menyikapi manusia bercabang lidah secara cermat dan bijak dengan menjadi pemimpin sejati yang memberkati banyak orang – dari hati, sikap, sifat, kata serta tindakan berkebenaran, berkebaian dan berkeadilan yang membawa damai (Matius 5:9; Filipi 4:5,8)!!!

Jakarta, November 2010

Salam dan doa,

Dr. Yakob Tomatala

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.