Leadership, Thoughts, Books, Writing !

MENTOR-KONSELOR: PEMIMPIN ARIF MEMERLUKAN PENDAMPING BIJAK

4 1,183

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Amsal 17:17)

PENGANTAR

Anda tentu telah mendengar kata “mentor” dan “mentoring.” Apa sesungguhnya makna dari istilah-istilah ini? Istilah mentor, diangkat dari nama diri sahabat karib Odyseus[1] dan Telemachus, yang namanya Mentor yang dimaknakan sebagai “a wise friend” (sahabat yang bijak) dan “faithful counselor” (konselor yang setia). Berdasarkan pemaknaan dasar kata mentor inilah, maka dapat dikatakan bahwa mentoring adalah “proses membangun persahabatan yang diwujudkan di atas sikap bijak, setia dan dapat dipercaya sebagai dasar untuk memberikan pendampingan, konseling atau pembimbingan.” Berlandaskan konsep ini, mentor haruslah seseorang yang dapat membuktikan diri sebagai sahabat yang arif dan setia, yang dinyatakan melalui pembuktian diri sebagai “dapat dipercaya.” Dari perspektif ini, seorang mentor yang adalah sahabat yang bijak dan setia yang membuktikan diri sebagai dapat dipercaya sajalah yang bisa menjalankan perannya sebagai konselor yang baik. Dalam memahami sejauh mana seseorang pemimpin memerlukan seorang mentor yang pada gilirannya pemimpin dimaksud akan menjadi mentor kelak, simaklah uraian berikut:

1. MENTOR YANG KONSELOR. Dari awal haruslah ditegaskan bahwa seorang konselor bukanlah seorang mentor, karena konselor tidak harus membuktikan diri sebagai seorang sahabat. Konselor tentu haruslah bijaksana dan dapat dipercaya, tetapi konselor tidak harus menjadi seorang sahabat dari konseli (caunselee). Dalam hubungan dengan tugasnya, seorang konselor hanya memberikan nasehat yang diperlukan oleh konseli dan membatunya menemukan solusi dalam proses konseling. Hubungan konselor dan konseli ini dapat saja berakhir sesudah sesi-sesi pelayanan yang ditentukan. Mentor pada sisi lain adalah sahabat sejati, yang berjalan seiring sejalan. Di sini, menjadi mentor menuntut adanya komitmen kuat untuk membangun persahabatan sejati, disertai tanggung jawab pembuktian diri sebagai arif dan dapat dipercaya. Mentor tidaklah harus merupakan seorang model pribadi sempurna, tetapi ia haruslah seorang pribadi yang bijaksana, setia dan dapat dipercaya serta dapat diandalkan oleh mentori (mentoree). Pembuktian diri inilah yang merupakan landasan bagi seorang mentor untuk menjalankan perannya memberikan bimbingan atau konseling yang dibutuhkan oleh mentori. Konselor dan mentor dapat menjalankan tugas konseling, tetapi konselor hanya menolong memberikan solusi kepada konseli dan menolong konseli menemukan solusi. Sedangkan, mentor bertanggung jawab untuk membimbing dengan berjalan beriringan sepanjang perjalanan hidup mentori. Mentor dalam hal ini harus berperan sebagai seorang sahabat yang bijaksana dan dapat dipercaya yang selalu siap memberikan pendampingan melalui konseling dan nasehat-nasehat lainnya sebagai upaya untuk membesarkan mentori.[2]

2. MENTOR SEBAGAI PENDAMPING BIJAK DAN SETIA YANG DAPAT DIPERCAYA. Seorang mentor, pertama-tama, harus membuktikan diri sebagai pemimpin rohani (Galatia 6:1-10) dan sahabat yang bijaksana dan setia (Amsal 1:17). Kemudian, kebijaksanaan dan kesetiaan dari sang mentor ini harus dibuktikan dengan menjadi sahabat yang dapat dipercaya (II Timotius 2:2). Dalam mewujudkan semua ini, mentor harus membangun dirinya di dalam kasih yang berpengertian. Hubungan mentor dan mentori selanjutnya diwujudkan dengan membangun hubungan responsif berlandaskan kasih yang dilandasi etika yang benar sebagai orang-orang arif di dalam TUHAN (Efesus 5:15-21). Mentor harus membuktikan bahwa ia memiliki kepeduliaan bagi keteguhan dan keberhasilan mentori. Untuk semua ini, mentor harus konsisten membuktikan diri sebagai memiliki karakteristik khas seorang sahabat yang arif dan orang kepercayaan yang peduli terhadap mentori. Dalam kaitan ini, mentor perlu memahami tugas penting yang harus dilakonkannya. Tugas mentor ini melewati sekedar menolong memberikan solusi kepada mentori atas masalah yang dihadapinya. Mentor harus mendampingi mentori untuk berjalan seiring sejalan. Dalam membuktikan tanggung jawab ini, mentor harus meneguhkan karakteristik yang diwujudkan melalui sikap-sikap berikut:

Pertama, Mentor harus membangun kadar empati teguh yang olehnya ia dapat mendengarkan debaran hati dari mentori dari hatinya sendiri. Kekuatan empati memberikan kemampuan bagi mentor untuk mengerti mentori dengan mendalam dari lubuk hatinya.

Kedua, Mentor harus meneguhkan kemauan baik untuk berbagi hati dengan mentori. Berbagi hati menjelaskan tentang adanya kemauan baik untuk berbagi sumber kekuatan antara lain, pengetahuan, pengalaman, emosi, keyakian, harapan, rasa aman, serta hal lain secara lebih mendalam.

Ketiga, Mentor harus membangun kegairahan untuk bersikap persuasif guna memberikan keyakinan dan peneguhan kepada mentori. Sikap mentor yang persuasif ini menolong mentori untuk meyakini apa yang diperjuangkan dalam kehidupannya, sehingga mentori bersikap bertujuan serta tegar menghadapi dan menyikapi tantangan kehidupan dalam sepanjang perjalanan hidupnya.

Keempat, Mentor harus mempertahankan kerinduan kuat untuk mendampingi mentori dalam doa, yang memberikan rasa kekuatan kebersamaan sepenanggungan. Dengan berdoa dan berdoa bersama, ada kekuatan yang saling meneguhkan sehingga mentor dan mentori dapat maju bersama-sama.

Kelima, Mentor harus memberikan perhatian penuh dengan sikap rela berkorban mendewasakan dan memandirikan mentori. Sikap berkorban ini bertujuan untuk menopang dan membangun mentori menjadi pribadi teguh, tegar dan matang serta mandiri untuk menyiarahi perjalanan hidup secara berhasil ke depan.

3. MENTOR DAN MENTORI DALAM KEPEMIMPINAN. Dalam kepemimpinan, mentor adalah pemimpin dan mentori adalah pemimpin baru yang dilahirkan dan dibesarkan oleh mentor. Mentor dan mentori yang membangun hubungan mereka di atas kasih, kebijaksanaan, kesetiaan dan kepercayaan, memberikan kekuatan kepada keduanya untuk saling menyokong dalam perjalanan hidup yang ditempuh secara bersama. Mentor dapat berperan sebagai “sahabat, tetua, pembimbing, orang tua, senior dan nara sumber, serta konselor” yang membimbing, mendampingi dan memberikan rasa kepastian bagi mentori untuk memandang ke depan menjalani kehidupannya dengan penuh kepastian. Di sini pemimpin sebagai mentor berperan untuk membesarkan mentori, sehingga pada akhirnya mentori membuktikan diri sebagai pemimpin yang andal dan dapat dipercaya yang dapat meneruskan estafet kepemimpinan. Menengok balik akan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa peran  pemimpin khususnya pemimpin Kristen sebagai mentor terdahap mentori yang adalah the rising leader harus dipastikan guna mewujudkan kepemimpinan yang kuat. Upaya ini dapat disikapi oleh pemimpin dengan sikap konsisten yang adalah antara lain:

Pertama, Pemimpin harus meneguhkan diri sebagai mentor, yaitu pemimpin yang secara terencana dan sengaja melahirkan dan membesarkan pemimpin baru. Pemimpin sejati yang adalah mentor harus melahirkan dan membesarkan pemimpin baru melalui proses mentoring, yang olehnya pemimpin baru dapat berkembang menjadi teguh, matang, dewasa, dan andal dalam kehidupan dan kepemimpinannya, sehingga ia dapat mengambil tanggung jawab kepemimpinan yang lebih besar.

Kedua, Pemimpin sebagai mentor harus membuktikan diri sebagai pribadi yang bijak dan setia yang memiliki etika moral mulia sehingga ia dapat dipercaya sebagai sahabat akrab yang baik, yang dapat diandalkan setiap waktu. Melalui pembuktian diri ini, mentor memperoleh kepercayaan dari mentori untuk masuk ke dalam kehidupannya guna memberikan bimbingan yang meneguhkan mentori menjadi pemimpin andal, yang bijak serta tegar menghadapi dan menjawab tantangan kehidupan dan kepemimpinan.

Ketiga, Pemimpin sebagai mentor harus mendampingi dan berperan sebagai sahabat, orang tua, senior, pelatih, pengarah, peneguh dan nara sumber yang membimbing serta menolong mentori untuk disiapkan menghadapi kenyataan hidup sekarang ini sebagai seorang pribadi dan sebagai seorang pemimpin yang sedang berkembang memasuki masa depan berpengharapan.

Keempat, Pemimpin sebagai mentor haruslah terfokus kepada menyiapkan mentori menjadi pemimpin andal untuk masa depan. Pemimpin sebagai mentor dalam hal ini haruslah berperan sebagai jembatan untuk mengantar mentori menjadi pemimpin masa depan tangguh yang mampu mengambil tanggung jawab dan peran kepemimpinan serta memimpim dengan lebih berhasil.

Kelima, Pemimpin sebagai mentor pada gilirannya harus meneguhkan mentori untuk menjadi mentor baru yang dapat mementori pemimpin baru lainnya pada masa depan yang harus dilakukan secara bersinambung, yang memastikan akan adanya pemimpin-pemimpin andal berikutnya yang terus bermunculan secara suksesif untuk silih berganti mengambil peran kepemimpinan dan memimpin dengan berhasil di masa-masa yang akan datang.

RAMPUNGAN

Melihat uraian sebelumnya tentang Mentor, mentoring dan mentori, dapat dikatakan bahwa peran mentor sangat diperlukan dalam mengembangkan pemimpin baru menjadi kompeten untuk mengambil tanggung jawab kepemimpinan masa depan. Karena itu, pemimpin sejati seharusnya membuktikan kesejatiannya dengan berperan sebagai mentor untuk terlibat dalam melahirkan dan membesarkan pemimpin baru. Melalui kesadaran dan peran mentor ini, pemimpin membuktikan tanggung jawabnya menyiapkan pemimpin baru untuk mengambil tanggung jawab dan peran kepemimpinan masa depan. Dengan mengambil peran sebagai mentor ini, para pemimpin sejati telah menjawab tantangan berikut:

1.       Ada tersedianya pemimpin-pemimpin baru andal yang dapat meneruskan estafet kepemimpinan organisasi memasuki masa depan.

2.      Adanya upaya pembinaan yang melekat yang menjamin bahwa para pemimpin mentor sedang melengkapi generasi pemimpin baru secara bertanggung jawab untuk melanjutkan kepemimpinan organisasi pada masa-masa yang akan datang.

3.      Dengan mengambil peran seperti ini, para pemimpin mentor menyiapkan suatu model pembimbingan dan pembinaan yang terbaik bagi pengembangan dan pelengkapan serta penyiapan pemimpin baru yang dapat berperan menjawab tantangan kepemimpinan sekaran ini dan di masa yang akan datang.

Selamat membuktikan diri sebagai pemimpin mentor yang adalah sahabat arif yang penuh kasih serta kepedulian. Sebagai mentor, pemimpin arif melahirkan dan membesarkan pemimpin baru, mentori., dengan pendampingan sepanjang jalan, guna menyiapkan pemimpin yang andal untuk masa depan, sepasti “Gajah melahirkan gajah dan membesarkan gajah menjadi gajah besar.” TUHAN Allah kiranya memberkati dengan limpahnya. Terimakasih.

Motivator,

Dr. Yakob Tomatala


[1] Odyseus artinya “Pahlawan dari Odisey” (a hero of Odysey) yang adalah Raja Ithaca, salah seorang pemimpin yang terlibat dalam perang Troya, Yunani.

[2] Lihat Kisah Para Rasul 11:22-30; 13:4-11, mengenai hubungan Barnabas dan Paulus, Markus; Paulus dan Silas, Timotius (Kisah Rasul 15, 16, dst) sebagai Mentor dan Mentori.

You might also like
4 Comments
  1. Jaury Merukh says

    Trimakasih Pak, Bahannya luar biasa buat saya

  2. Yakob Tomatala says

    Shalom Bro Jaury. Terimakasih atas responnya. Harap terus doakan agar web ini menjadi berkat bagi banyak orang. Terimakasih

    Salam doa,
    Bp. Y. Tomatala

  3. reeren says

    Efektifkah bila seorang wanita yg lebih muda menjadi mentor seorang pria yg lebih tua? (Sama-sama single).

  4. Yakob Tomatala says

    Salam Ms Reeren:

    Sesungguhnya seorang wanita (pemimpin perempuan)dapat menjadi mentor bagi siapa saja, termasuk orang yang lebih tua, sekali pun ia masih “sigle.” Pada sisi lain, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu antara lain: Pertama, Integritas, penguasaan dan pengendalian diri serta batas-batas kepatutan hubungan haruslah dipertahankan dalam mementori mentoree, sehingga ia tidak melewati batas hubungan mentor-mentoree secara profesional. Kedua,Mentor harus selalu menjawab pertanyaan, kapan, di mana, sejauh mana dan bagaimana ia menggunakan waktu bersama mentoree secara patut, sehingga ia tidak disalahpahami dan disalah gunakan.
    Ketiga, Mentor haruslah “mentuakan diri” dan bersikap bijak karena perannya sebagai pemimpin, sehingga ia tetap dihormati oleh mentoree, sekali pun ia adalah seorang perempuan. Keempat, Mentor harus bersikap empati dan peka untuk tidak terbawa arus dengan mempertahankan kehormatan sebagai Pemimpin yang bertanggung jawab atas setiap orang yang dipimpinnya, termasuk mentoree pria yang single, sehingga ia tetap efektif sebagai Mentor. Terimakasih

    Salam,
    Bp. Yakob T.

Leave A Reply

Your email address will not be published.