Leadership, Thoughts, Books, Writing !

KEPENTINGAN HUBUNGAN-HUBUNGAN DALAM KEPEMIMPINAN

0 673


Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak ,….. ” (Amsal 13:20).

PENGANTAR

Manusia telah diciptakan TUHAN Allah untuk memiliki hubungan dengan sesamanya. Hubungan-hubungan ini bersifat pribadi dan sosial. Hubungan ini bersifat pribadi karena itu, harus disikapi untuk diamalkan. Hubungan ini juga bersifat sosial karena beroperasi dalam matriks masyarakat dengan kebudayaan yang unik. Pada aspek yang lebih khusus, hubungan sosial ini berkaitan dengan kerja. Dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan, karena kepemimpinan mewadahkan manusia-manusia yang saling berhubungan, yang beroperasi dalam matriks suatu organisasi. Di sini, hubungan-hubunganlah yang memberi indikator kadar kekuatan kepemimpinan yang berkualias dan menghasilkan. Alasan kuat bagi kebenaran ini ialah karena dengan hubungan-hubungan sajalah seorang pemimpin menapaki keberhasilan dalam memimpinnya. Dengan demikian, adalah beralasan untuk menggumuli implikasi kepentingan hubungan-hubungan bagi kepemimpinan yang berkualitas. Diyakini, bahwa olehnya pemimpin akan mampu melaksanakan upaya memimpin yang berkualitas dan berhasil. Selamat berkelana!

  1. MEMAKNAI HUBUNGAN-HUBUNGAN KEPEMIMPINAN. Hubungan kepemimpinan adalah “relasi timbal balik yang sehat serta responsif antara pemimpin dan bawahan yang dibangun di atas kepercayaan.” Mencermati aspek-aspek yang ada pada hubungan-hubungan, dapat dikatakan bahwa hubungan-hubungan itu bersifat pribadi, sosial dan bisnis. Hubungan itu bersifat pribadi, karena ada pada setiap pribadi dan menuntut pertanggung jawaban  individu dalam menyikapi serta menyelenggarakan hubungan-hubungan dimaksud dalam matriks kehidupan pribadi setiap orang. Hubungan pribadi ini diikat oleh pertalian emosi yang kuat, sehingga menuntut adanya upaya membina hubungan sadar yang sehat. Hubungan itu juga bersifat sosial yang menghubungkan setiap pribadi dengan lingkungan sosial budaya di mana ia berada. Di sini sangat dituntut agar setiap orang menyikapi hubungan sosialnya secara bertanggung jawab dengan memperhatikan koridor masyarakat dan kebudayaan di mana ia ada. Hubungan bisnis pada sisi lain menuntut seorang pribadi dan pemimpin menyikapinya dengan membangun kondisi kondusif dalam tugasnya. Hubungan kondusif ini dibangun dengan memperhatikan faktor lingkungn kerja, keizinan otoritas, serta situasi kontekstual. Hubungan bisnis ini dibangun dengan fokus mencipta hubungan sehat responsif. Fokus hubugan sehat responsif ini dibangun di atas kepercayaan yang bertujuan menopang keteguhan dan kelancaran relasi timbal balik antara pemimpin dan bawahan, dalam kehidupan organisasi serta kinerja, sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan kepemimpinan.
  1. PEMIMPIN DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN-HUBUNGAN KEPEMIMPINAN. Dalam hubungan kepemimpinan, pemimpin bertanggung jawab memfokuskan diri untuk membangun hubungan sehat dan responsif seperti yang telah disinggung di atas. Dasar-dasar untuk membangun hubungan sehat responsif ini adalah antara lain, Pertama, Pemimpin harus membangun diri menjadi pemimpin visioner yang arif. Hubungan sehat responsif ini diawali dengan tanggung jawab pemimpin yang harus membangun diri sebagai pemimpin visioner yang arif yang diteguhkan dengan budinya yang luhur (Yesaya 32:8). Kearifan budi ini berperan sebagai landasan untuk meneguhkan pemimpin sehingga ia  memimipin dari hati berkarakter mulia yang menghidupi visi kepemimpinan secara bersemangat. Kearifan ini juga nampak pada kemampuan berbagi visi serta membina hubungan sehat responsif dengan setiap orang yang ada dalam kepemimpinannya. Kedua, Pemimpin yang arif seperti ini sesungguhnya sedang menunjukkan bahwa ia memiliki integritas tinggi dalam dirinya bagi dirinya, sehingga ia memiliki sifat dan sikap self esteem yang tinggi. Sikap inilah yang menjadi dasar baginya sehingga ia dapat mengutamakan, menghargai serta mengembangkan hubungan-hubungan sehat berkualitas dengan sikap altruis dalam kepemimpinan secara internal mau pun eksternal. Sikap ini menggambarkan kemampuan istimewa pada diri pemimpin yang mampu membuat dirinya dapat didekati. Dengan sifat dan sikap dapat didekati ini, para bawahan akan mudah menerima visi kepemimpinannya, dan bergairah untuk meneruskannya dalam kehidupan bersama  dan kinerja yang sinergis. Ketiga, dengan sikap dapat didekati ini, pemimpin sedang membuktikan bahwa ia adalah pribadi terbuka, dengan sifat lugas dan memiliki kebiasaan arif. Sifat ini pulalah yang membuat pemimpin dapat bersikap terbuka dan membangun hubungan sehat responsif dengan orang-orang yang ada dalam kepemimpinannya. Melalui sikap terbuka ini pada sisi lain, pemimpin secara khusus dapat menghargai kapasitas setiap orang yang ada di dalam kepemimpinannya. Sikap penghargaan ini menyangkut menghargai kapasitas, menghargai cara kerja dan menghargai kontribusi setiap orang yang ada padanya, sehingga hubungan mereka menjadi responsif. Keempat, Hubungan-hubunan melibatkan partisipasi semua komponen SDM. Pemimpin dengan didukung oleh kemampuan menciptakan hubungan sehat responsif melalui penghargaan positif ini, ia dapat melakukan upaya memimpin yang berhasil yang melibatkan partisipasi semua komponen SDM dalam kepemimpinannya. Dalam kaitan ini, kepemimpinan akan berjalan secara maksimal karena pemimpin mampu membangun hubungan-hubungan kerja kondusif. Pemimpin dengan sikap ini membuktikan bahwa ia proaktif, serta akan mampu bekerja sama, bersinergi  yang olehnya ia dapat mendekati serta diterima orang secara benar serta baik. Kelima, Penerimaan seperti ini dibuktikan melalui sikap menghargai potensi dan andil sesama yang diwujudkan dalam kemampuan menyediakan kondisi kondusif dan membiasakan budaya hubungan berkualitas yang responsif, dengan penempatan tugas sesuai kapasitas dan keinginan bawahan. Tindakan ini adalah guna menggairahkan semua SDM untuk aktif sinergis terlibat dalam proses kepemimpinannya berdasarkan kapasitas, potensi dan kemauan serta cara kerja unik setiap bawahan. Pemimpin dalam kaitan ini harus mampu menegaskan sikap “menghargai semua yang menaru minat terhadap keberhasilannya, dengan menghargai potensi mereka dan menempatkan diri serta bekerja sama dengan semua orang secara benar, baik dan serasi sehingga mereka berkontribusi optimal dalam kepemimpinan ke arah sukses bersama.” Keenam, Dalam hubungan-hubungan kepemimpinan ini, pemimpin bertanggung jawab meningkatkan partisipasi dan kontribusi aktif dengan membangun pendekatan organisasi pembelajar. Pendekatan ini mewadahkan “on the job training” dalam seluruh proses kepemimpinan sebagai upaya meningkatkan kapasitas dan potesni khas dari setiap bawahan secara terus menerus. Peningkatan kapasitas dan potesi ini memberikan reinforcement dan gairah bagi kedewasaan psikologis serta keandalan kerja dalam kepemimpinan. Peningkatan kapasitas dan potensi ini juga meningkatkan rasa percaya diri yang tinggi secara bertingkat dan terus menerus, yang olehnya bawahan merasa dihargai serta merasa didukung, yang olehnya mereka memberikan kontribusi wewujudkan sinergi dengan tindakan bersama yang simultan menuju pencapaian sasaran dan tujuan kepemimipinan yang telah dicanangkan. Ketujuh, Melalui hubungan sehat dan responsif ini, pemimpin mewadahkan life long leadesrhip imparting spirit, dimana ia memimpin dengan terbuka tanpa kehilangan pemimpin dalam kepemimpinan. Di sini batas kepemimpinan dan bawahan adalah soal tugas, peran dan tanggung jawab. Bawahan dalam kondisi ini sepenuhnya menyadari bahwa mereka bertanggung jawab membuktikan diri sebagai bawahan yang kapabel untuk melanjutkan estafet kepemimpinan kelak. Mereka bekerja sinergis, simultan dan dinamis dengan kesadaran bahwa waktunya bagi mereka akan datang, dimana mereka pun akan meneruskan estafet kepemimpinan yang diwadakan dalam model kepemimpinan seperti yang sedang diemban oleh pemimpin mereka.
  1. PEMIMPIN DALAM HUBUNGAN SOSIAL UMUM. Hubungan-hubungan sosial memastikan bahwa  pemimpin harus berupaya sedemikian rupa untuk membuktikan diri dalam lingkungan sosial di mana ia berada dan diterima “sebagai patut diperhitungkan.” Dalam kaitan ini, pemimpin harus mengembangkan hubungan eksternal lugas, mencipta jejaringan kerja yang meluas untuk melebarkan pengaruh mewadahkan ekspansi kerja yang strategis pada semua aras dalam masyarakat. Pemimpin dalam hal ini haruslah memperhitungkan bagaimana ia mengembangkan hubungan strategis dengan sesama pemimpin pada bidang tugasnya mau pun di luar bidang tugasnya untuk memastikan penjangkauan pengaruh kepemimpinannya. Penjangkauan pengaruh kepemimpinan ini menyentuh aras lokal, regional, mau pun nasional dan internasional. Penjangkauan ini juga menjelaskan sejauh mana pemimpin diterima dan diakui dalam masyarakat di mana ia ada pada semua aras, yang menjelaskan kekuatan penjangkauan sosialnya. Kadar dari hubungan-hubungan ini juga dapat dilihat dengan indikator psikologi sosial. Kadar psikologi sosial inilah yang menunjukkan indikator tentang berapa banyak orang yang dikenal, seberapa tinggi derajat mereka dalam strata sosial, seberaba luas pengaruh mereka, seberapa kuat dinamika sosial yang ada pada mereka untuk memberikan andil pengaruh yang mendukung kapasitas sosial pemimpin. Pemimpin dalam hal ini harus membuktikan keandalan kepemipinannya dengan kontribusi sosialnya berupa karya-karya monumentalnya baik secara tindakan, verbatim mau pun tertulis, sehingga ia diakui sebagai memiliki kapasitas dan andil berupa sumbangsih bagi perkembangan masyarakat.

REFLEKSI

Mencermati kepentingan hubungan-hubungan dalam kepemimpinan seperti yang diuraikan di atas, maka adalah patut bagi pemimpin untuk secara sadar membangun diri sehingga ia dapat menyikapi hubungan-hubungan kepemimpinannya secara arif dari beberapa sisi.

  • Pemimpin dalam kaitan ini haruslah membangun rasa penghargaan tinggi dari hatinya terhadap kapasitas, cara kerja dan kontribusi bawahan dengan sikap keterbukaan yang sehat dan pengakuan yang tulus terhadap bawahan serta kontribusi mereka.
  • Dalam membangun hubungan-hubungan ini, pemimpin harus mencipta kepemimpinannya menjadi organisasi pembelajar dan menempatkan serta mewadahkan semangat kepemimpinan visioner sepanjang waktu, sehingga para bawahan tersiapkan untuk membuktikan diri sekarang, dalam proses, dan siap mengambil estefet kepemipinan kelak dan terlengkapkan untuk menjawab tuntutan perubahan pada waktu yang akan datang.
  • Pemimpin akhirnya harus membangun jejaringan sosial baik secara internal mau pun secara eksternal untuk mewadahkan pengaruhnya, yang olehnya dapat mewujudkan upaya memimpin secara meluas.

Selamat membuktikan diri sebagai pemimpin yang piawai membangun hubungan-hubungan kepemimpinan yang sehat dan resposif demi kelanggengan kehidupan organisasi, dan kemajuan kepemimpinan sekarang ini dan di masa depan.

Jakarta, 1 Juni 2010

Dr. Yakob Tomatala

You might also like

Leave A Reply

Your email address will not be published.