Leadership, Thoughts, Books, Writing !

SUKSES DALAM PERSPEKTIF KRISTEN

996

Firman Allah

Pemazmur berkata:
“ Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak sorai. Orang-orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak sorai sambil membawa berkas-berkasnya” (Mazmur 126:5-6).

PENGANTAR

Sukses, adalah istilah yang telah diangkat menjadi kontroversi di kalangan Kristen, yang disikapi secara beragam. Ada yang abigu, ada yang ikut-ikutan, ada yang masa bodoh, bahkan ada yang menolak tegas menggunakannya. Sebagai contoh, adakalanya, siapapun yang menggunakan istilah sukses di lingkungan Kristen, bisa saja dianggap telah menjadi duniawi, atau, secara khusus dicap sebagai penganut “theology of prosperity.” Berdasarkan kenyataan ini , isu sukses dalam perspektif Kristen akan diketengahkan sebagai sorotan percakapan kali ini.

A. MEMAHAMI SUKSES SECARA UMUM

Apa sesungguhnya makna dari sukses itu. Istilah sukses, atau success (Inggris) yang berasal dari kata succes (Old France) atau successus (Latin) dari kata dasar succedere, berarti berhasil (to succeed) atau mencapai suatu hasil upaya (result), atau berhasil melaksanakan suatu kegiatan (event). Pengertian sukses berdasarkan uraian di atas, menjelaskan tentang adanya suatu pencapaian atau menghasilkan sesuatu, atau mencapai sesuatu yang dikehendaki/ disenangi (a favorable), atau suatu hasil akhir yang memuaskan (a satisfactory outcome); termasuk memperoleh kekayaan, kemasyuran, jabatan, dsb., yang merujuk kepada seseorang atau sesuatu yang lain. Istilah sukses dianggap sinonim dengan pencapaian (achievement), keberuntungan (luck), pemenuhan (consumation), kemakmuran (prosperity) dan kemenangan (victory). Merangkum semua penjelasan ini, dapat dikatakan bahwa sukses berarti “berhasil mencapai sesuatu yang direncanakan pada suatu akhir, yang membawa kepuasan serta pemenuhan hidup.”

B. SUKSES DALAM PERSPEKTIF ALKITAB

Perlulah disadari bahwa sebagai medium komunikasi (bahasa), istilah sukses adalah milik umum, karena digunakan oleh semua orang. Tetapi pada sisi lain, orang Kristen berbicara tentang “masa depan penuh harapan” (Yeremia 29:11); “hidup dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10); dan “Allah ….. membuat kami berhasil!” (Nehemia 2:20a), yang merupakan kebenaran Firman Allah yang mengetengahkan tentang sesuatu substansi dan kenyataan yang “beyond success” (lebih dari sekedar sukses) ternyata telah diterima tanpa sanggahan dalam kalangan Kristen. Kalau dicermati, semua yang diketengahkan dalam kancah kekristenan ini yang disebut “berkat” ternyata adalah idiom dengan sukses. Dengan demikian, kita patut bertanya, apa makna semua ini bagi kita. Hal terpenting sekarang ialah, bagaimana kita memaknai dan menyikapi sukses dari perspektif Kristen yang benar?

Memaknai sukses secara benar

Secara alkiabiah, sukses bukanlah barang antik. Sukses adalah “janji dan anugerah Allah” yang sesungguhnya harus maknai dan disikapi dengan arif, karena menolak sukses secara naif, berati melecehkan TUHAN Allah yang telah berjanji memberkati (Lihat: Nehemia 2:2, Ulangan 28:1-14). Sebaliknya, sukses yang disikapi secara salah, berarti menjebak diri sendiri dalam kesalahan fatal, sombong, takabur dan sebagainya (Amsal 16:18; 18:12). Mengaitkan pemahaman sukses dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa “sukses adalah pemenuhan hidup secara subjektif yang progresif, yang merupakan hasil dari kerja terencana – bertanggung-jawab yang menghasilkan, membawa kesenangan, kepuasan, kecukupan dan berkat bagi diri serta dapat berbagi dengan sesama. Di sini, sukses berarti pencapaian, pemenuhan hidup, kecukupan, keberhasilan, berada di atas, naik pangkat, dan seterusnya, tetapi tidak akan dipecundangi oleh semua hal di maksud. Artinya, bagi orang Kristen, sukses adalah anugerah Allah yang di sambut dan diisi dengan penuh tanggungjawab dan kerja keras, sehingga tidak ada alasan untuk memegahkan diri. Mengatakan diri bahwa seseorang itu sukses, tidak menyebabkan dia terjebak keangkuhan, karena ia menyadari bahwa ia telah melaksanakan tanggungjawab-nya dengan benar, baik, tekun, tulus, dan jujur, melalui upaya yang sungguh-sungguh serta kerja keras. Hasilnya akan sepasti “menabur dan menuai” yang bila dilakukan secara benar, baik, besar, maka hasilnya juga akan sepadan, atau pas dengan apa yang ditabur (Mazmur 126:5-6; Amsal 13:11).

Melihat semua itu, dapat dikatakan bahwa orang sukses adalah tukang sampah atau pemulung yang mengerjakan tugasnya dengan jujur, setia, tekun, benar, baik, besar, sungguh-sungguh, bangga, dan puas, sehingga ia “mencapai apa yang diinginkan” menikmatinya, menyenaginya, berbahagia olehnya, tercukupkan melaluinya – hidup penuh, layak, berbagi, dapat memberi sandang, pangan dan papan bagi isteri serta anak-anak, dapat mendidik mereka (sekolah mau pun tidak sekolah) sampai pada tinggkat lebih yang menyebabkan mereka dapat menjalani hidup masa depan dengan kebanggaan. Masalahnya, “tukang sampah seperti ini jarang ditemukan” karena mereka akan selalu merasa kecil tidak berati, tidak puas, tidak bangga dengan pekerjaannya, jadi hasilnya adalah seadanya. Pada sisi lain, adalah gampang bagi kebanyakan orang untuk mengatakan bahwa “Pekerja Bank, atau Pedagang , Profesor dan para Eksekutif itu sukses” ketimbang tukang sampah, namun apakah mereka sadar bahwa mereka adalah orang sukses? Belum tentu mereka menyadari bahwa mereka sukses, karena kebanyakan orang “tidak puas dengan apa yang ditekuninya,” sehingga mereka hidup seadanya, bermental kuli yang menunggu akhir bulan, serta tidak mengalami kepenuhan hidup. Hm, pokok ini masih perlu diteruskan …….

Penjelasan rinci dan dialog tentang pokok ini dapat dilihat dalam buku “Manusia Sukses: Suatu Teologi Berkat dari Perspektif ALkitab” atau menghubungi DR. Yakob Tomatala; email: yaktom@centrin.net.id.

Jakarta, Juni 2008

You might also like

Comments are closed.