PENERAPAN KUASA DALAM KEPEMIMPINAN

Pengantar

Doa Salomo:
“…… berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi (memimpin) umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, ……” (I Raja-raja 3:9a)., dan
TUHAN Allah menjawab,
“…… maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, …….. (I Raja-raja 3:12:a)

PENGANTAR

Telah diuraikan dalam edisi Mei 2008 bahwa kuasa atau power dalam kepemimpinan diartikan sebagai ‘kemampuan seutuhnya untuk menyebabkan sesuatu terjadi.’ Dengan pengertian ini, dapatlah dipahami bahwa tatkala seseorang menjadi pemimpin, maka ia sesungguhnya memiliki, diakui, atau diberikan atau mencipta atau merampas kuasa yang olehnya ia menjadi pemimpin serta dapat menyebabkan sesuatu terjadi. idm crack indir


Secara organisasi, kuasa kepemimpinan ada pada seseorang dimana ia diakui, diangkat, dipilih, diteguhkan atau diwariskan sebagai pemimpin atau mencipta dan merampas kepemimpinan sehingga seseorang itu menjadi pemimpin. Kuasa di dalam organisasi ini memiliki enam kisi, yaitu: kuasa keahlian (expert power); kuasa penghargaan (referent power); kuasa mengimbali (reward power); kuasa bertindak tegas (coersive power); kuasa resmi (legitimate power); dan kuasa rohani (spiritual power). Dari perspektif keorganisasian, seseorang menjadi pemimpin (dengan cara; dipilih, diangkat, diwariskan, ditunjuk, atau mecipta atau merampas) ditandai oleh adanya tugas, kewenangan, hak, kewajiban, tanggungjawab dan pertanggungjawaban – yang olehnya ia menjadi pemimpin dan dapat memimpin. Memimpin dalam pengertian ini berarti bahwa pemimpin memiliki kemampuan seutuhnya untuk menyebabkan sesuatu atau apa saja terjadi.

A. KUASA DALAM KEPEMIMPINAN

Dengan adanya kuasa kepemimpinan, seorang pemimpin bukan saja menjadi pemimpin, tetapi juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi (memimpin) yang olehnya ia dapat memimpin dengan menyebabkan sesuatu terjadi secara terencana. Karena itu, dalam penerapan kuasa, pemimpin harus melakukannya secara arif. Kearifan pemimpin akan terlihat pada penerapan beberapa prinsip penting berikut, yaitu:

1. Dengan kuasa kepemimpinan, pemimpin dapat menyebabkan apa saja terjadi, sehingga tidak ada alasan bagi pemimpin untuk tidak dapat memimpin dengan benar, baik dan berkualitas.
2. Dengan kuasa kepemimpinan, pemimpin seharusnya memimpin dengan bijak untuk membawa kebaikan bagi diri, orang yang dipimpin dan situasi atau lingkungan di mana kepemimpinan dijalankan.
3. Dengan kuasa kepemimpinan, pemimpin seharusnya dapat memimpin dengan berani sebagai “pemimpin sejati yang baik hati” dimana tidak ada alasan bagi pemimpin untuk penakut, membela diri, menindas dan bersikap arogan dalam upaya memimpin.
Kalau Anda adalah Pemimpin Kristen, prinsip ini harus Anda renungkan, hayati dan terapkan dalam kepemimpinan, yang membuktikan bahwa Anda adalah Pemimpin sejati.

B. MENERAPKAN KUASA DALAM KEPEMIMPINAN

Telah diuraikan sebelumnya bahwa “kuasa kepemimpinan adalah kemampuan seutuhnya untuk menyebabkan sesuatu terjadi.” Kuasa kepemimpinan dalam perspektif ini berkembang sejalan dengan perkembangan diri seorang pemimpin. Dengan demikian, seseorang yang menjadi pemimpin sesungguhnya memiliki kemampuan seutuhnya untuk menyebabkan sesuatu terjadi. Kini timbul pertanyaan, mengapa ada pemimpin yang sering bersikap “keras dan arogan” atau bersikap “tidak becus” dalam menjalankan kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya? Seorang pemimpin yang bersikap keras atau arogan dalam memimpin, tentu dipengaruhi oleh kepribadian atau karakternya, namun, dari sisi kepemimpinan, dapat diduga bahwa pemimpin seperti ini tidak dapat memimpin dengan benar, baik dan berkualitas. Sikap seperti ini menyebabkan kita dapat mempertanyakan, “apakah ia adalah pemimpin Kristen sejati?” Sikap arogan dan sikap tidak becus, hanya menjelaskan bahwa ada penyalah-gunaan kuasa kepemimpinan. Alasan bagi sikap ini adalah mungkin saja tidak tahu, tidak mampu atau sengaja mengabaikan.
Apapun alasannya, seorang pemimpin Kristen sepatutnya menyadari bahwa sebagai pemimpin, ada padanya kuasa kepemimpinan yang olehnya ia dapat menyebabkan apasaja terjadi, baik positif, maupun negatif. Pilihan terbaik bagi pemimpin Kristen ialah, “ia harus membuktikan bahwa ia adalah pemimpin sejati yang baik hati” (Filipi 4:5,8), dengan melakonkan upaya memimpin dengan benar, baik, dan berkualitas yang membawa kebaikan bagi banyak pihak. Sebagai pemimpin, ia bukan saja memiliki kuasa, tetapi ia bertanggungjawab untuk menerapkan kuasa dengan berhikmat (kuasa rohani), karena Pemimpin Kristen adalah Pemimpin Rohani, yang membedakannya dari Pemimpin umum lainnya. Hal inilah yang merupakan doa Raja Salomo, yang akhirnya dikaruniai TUHAN Allah dengan “roh hikmat” untuk melakukan tindakan kebaikan besar yang meleganda dan mendunia (I Raja-raja 3:16:28) dalam kepemimpinan yang diembannya. Anda tentu menginginkan memimpin dengan membawa dampak kebaikan besar seperti Raja Salomo. Selamat melakonkan peran kepemimpinan sebagai pemimpin yang arif dan baik hati.

Penjelasan rinci dan dialog tentang pokok ini dapat dilihat dalam buku “Kepemimpinan yang Dinamis” atau menghubungi DR. Yakob Tomatala; email: yaktom@centrin.net.id.

Jakarta, Juni 2008

Kuasa KepemimpinanPenerapan Kuasa Kepmimpinan