Tapak Sang Sandya Kala yang berurai diri, kembali menapak di Kota Raja Besar, Pusat Perjumpaan Suci
Tapak itu memijak bercak-bercak hitam menoda lorong ber-TUAN dengan “yang jadi” gagal melek, gagal jalan lurus, gagal bangun di atas kaki melunta, memelas harap, menanti tapak Sandya Kala, kala air bergoncang
Namun, rumput bergoyang gagal berkabar tentang desau tapak Sang Abadi menggoncang air, mendebat hati, memupus iman membelenggu harap menanti berjibun tahun, tersisih dalam antrian, menghilang asa, mengelam rasa menanti mendamba tak pasti jadi, datang-Nya Sang Kasap menggoncang air
Yang Abadi tak harus dikejar lewat goncangan air dari Yang Kasap …
Tapak-Nya berdebam dalam hadir Sang Janji dengan Sabda berjawab: “Maukah engkau sembuh?”
Lagi-lagi, percaya dan harap atas Sabda Sang Janji dengan “bangun, mengangkat tilam, berjalan” adalah sembuh …
Yang pasti, percaya dan harap, atas Sabda Sang Janji, bangkit serta berjalan memelekkan untuk melihat, menegakkan untuk jalan lurus, mengokoh untuk berkuat di atas kaki Meleceh ulah pengidola “hari suci” gagal gugat “percaya, harap, bangkit dan berjalan, SEMBUH” dari kuasa Sang Abadi dalam Kata Kekal Sang Janji yang pasti jadi, tanpa air bergoncang
Namun besit Pesan Sang Janji, bagi yang sembuh, “jangan berbuat dosa lagi, agar sembuh dan sembuh …”
“Selamat percaya, berharap, bangun, mengangkat tilam, berjalan dan sembuh dalam Kuasa Sang Janji”
www.yakobtomatala.com