Kontemplasi: 5. HIKMAT SEBAGAI KEKUATAN HIDUP YANG BERNILAI TINGGI

Firman Allah:
“Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan”
(Amsal 5:1-2).

Pengantar
Anda telah mendengar pernyataan, “Anda adalah apa yang Anda pikirkan, sikapi, katakan dan perbuat.” Ingatlah ini, “Sumber dari apa yang ada dalam pikiran kita adalah nilai-nilai yang tertanam dalam hidup sejak dini.” Nilai-nilai ini adalah “driving factor” yang dipengaruhi oleh bawaan lahir dan seperangkat pengalaman serta pembelajaran yang berinteraksi dalam kehidupan setiap orang.

Dengan demikian, jika seseorang mengatakan dan atau berbuat sesuatu, maka sudah dapat ditebak kadar nilai yang mempengaruhi kehidupannya, apakah positif ataukah negatif, tinggi atau rendah.

Karena itu, dari kata dan perbuatan setiap orang dapat diketahui “apa yang mempengaruhi nilai hidup yang dianutnya” dan “setinggi apa martabatnya.” Kini kita bertanya, “apa manfaat hikmat bagi bobot nilai kehidupan setiap orang?”

Pertama, HIKMAT MENEGUHKAN KETAATAN

Hikmat adalah kekuatan yang meneguhkan ketaatan. Orang berhikmat membuktikan diri sebagai “orang yang taat.” Orang yang taat akan “berendah hati untuk memilih menjadi pembejar yang terus belajar,” maka ia akan menjadi “orang pandai yang mampu memanfaatkan otaknya untuk mengisi kehidupan dengan lebih baik.”

Orang yang taat, tidak akan dikelabui oleh “bibir licin” (3) yang akibatnya “pahit seperti empedu” dan menusuk “tajam seperti pedang bermata dua” (4), dan “berjalan menuju maut” (5), serta “sesat” (6). Orang berhikmat pasti taat, karena “berpegang kepada FIRMAN Allah, yang olehnya ia terhindar dari jalan yang jahat, hidup dan hartanya terpelihara, tidak terjerumus. Orang taat akan mensyukuri serta merayakan hidupnya dalam kebahagiaan yang langgeng” (7-13).

Kedua, HIKMAT MENEGUHKAN JIWA

Hikmat menguatkan jiwa menjadi teguh untuk berpegang kepada kebijaksanaan. Hikmat membuat orang menjadi bijaksana, yang dibuktikan dengan berpegang kepada kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan.

“Orang bijak akan selalu mengatakan, bersikap, dan bertindak benar, baik dan membawa manfaat dari jiwanya.” Orang berhikmat “bejiwa teguh” yang “memahami hak dan tanggung jawabnya yang menghindarkannya dari malapetaka” (14-17). Dengan keteguhan jiwa, orang berhikmat akan “bersikap bijak” bagi diri dan orang lain untuk menikmati hidup bahagia dengan membahagiakan sesama.”

Ketiga, HIKMAT MENEGUHKAN PERFORMA BERKUALITAS

Hikmat mewarnai performa berkualitas, di mana akan ada kekuatan “mengendalikan pikiran, sikap, kata serta perbuatan, yang ditandai hal-hal “benar (efektif), baik (efisien) dan bermanfaat (sehat)” sehingga menghasilkan “performa berkualitas” yang produktif.

Orang berhikmat “hidup rohani dan hidup ekonominya diberkati, dengan hidup keluarga yang berkualitas” (18-19). Orang berhikmat “hidupnya berkualitas, performanya tidak gegabah, tidak ceroboh, terhindar dari kejahatan dan jerat dosa, karena jalannya dibimbing TUHAN” (20-22).

PROLOG
Pada gilirannya, “Orang berhikmat hidup dalam kehidupan berkualitas, jalannya lurus,” karena ia adalah pembelajar FIRMAN yang taat kepada TUHAN Allah, sehingga jiwanya terlindung dan performanya diberkati” 23). “Selamat menjalani hidup yang bernilai tinggi di jalan TUHAN!”

Jakarta, Maret 2017
Yakob Tomatala www.yakobtomatala.com

Comments (0)
Add Comment