“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8; banding Yehezkiel 18:5).
PENGANTAR
Telah diuraikan sebelumnya[1] bahwa istilah integritas yang digunakan selama ini berasal dari kata “integrity” (Latin integritas < integer) yang berarti ‘tidak tersentuh’ (untouched), atau ‘menyeluruh’ (whole) atau keseluruhan (entire).
[2] Dari pemahaman ini dapat dikatakan bahwa integritas dapat disebut sebagai “suatu keadaan atau kualitas kehidupan positif yang dibangun di atas kebenaran, keadilan, ketulusan dan kejujuran yang telah lengkap atau penuh yang menyentuh segala aspek yang diwujudkan melalui kualitas etika (inner values) dan ekspresi moral (expression of personality) dari kehidupan berintegritas (Yesaya 32:1-2; 33:15-16) yang membuktikan adanya kebijaksanaan (Yesaya 32:8; Ayub 28:28).[3]
Dari uraian di depan, integritas dari sisi lain, dapat dimaknai sebagai “Kepenuhan kebenaran[4] yang yang ditandai dengan kebaikan, keadilan, ketulusan, kejujuran, kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, dan kepatutan yang mewarnai karakter individu, yang diekspresikan melalui sifat, sikap, pikiran, kehendak, perasaan, perkataan dan perbuatan yang bernilai positif (Yehezkiel 18:5).”
Secara spesifik, apabila yang dirujuk adalah integritas intelektual, maka yang dimaksudkan ialah “kepenuhan kebenaran yang menguasai substansi, hakikat dan eksistensi pikiran (kognitif), yang memperlihatkan nilai, isi dan ekspresi berpikir yang positif, serta proaktif yang menandakan adanya hal benar, baik, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan yang patut dipuji.” Dari pemahaman ini, dapat dikatakan bahwa integritas intelektual atau integritas kognitif menjelaskankan tentang substansi dan tatanan pikiran yang benar yang merupakan landasan untuk berpikir benar yang menghasilkan hal-hal benar dengan dampak besar dari kegiatan berpikir, yang menggambarkan keseluruhan integritas intelektual. Berdasarkan uraian seputar integritas berpikir dimaksud, maka pokok-pokok yang akan dikembangkan di sini antara lain ialah: Pertama, Substansi, esensi dan eksistensi integritas intelektual; Kedua, Aspek-aspek integritas intelektual; Ketiga, Implikasi Integritas Intelektual bagi kepemimpinan berkualitas; yang diakhiri dengan suatu rangkuman.
I. SUBSTANSI, ESENSI DAN EKSISTENSI INTEGRITAS INTELEKTUAL
Substansi integritas intelektual menyentuh esensi dan eksistensi keseluruhan tatanan pikiran, yang meliputi isi, sifat khas dan dinamika pikiran. Dalam hubungan ini, substansi integritas memperlihatkan keseluruhan tatanan pikiran yang menjelaskan tentang isi pikiran yang dikuasai oleh kebenaran. Sifat khas pikiran pada sisi lain memperlihatkan nilai-nilai etika dan moral benar dari pikiran yang dibangun di atas kebenaran. Sedangkan dinamika pikiran ditandai aktivitas serta tindakan berpikir benar yang menjelaskan adanya kekuatan kebenaran dan gerakan kebenaran yang terpancar dari pikiran berintegritas, yang menyentuh aspek lain dari diri, orang lain, serta segala sesuatu di sekitar pemimpin.
A. Integritas Intelektual dan Isi Pikiran
Isi pikiran menjelaskan tentang apa yang ada di dalam pikiran serta kompleksias pengaruh yang mewarnainya. Indikator dari isi pikiran berkualitas ialah adanya kekuatan keluhuran yang mempengaruhi sifat, sikap, kehendak, perasaan, kata dan tindakan (Yesaya 32:8; Lukas 6:45).
B. Integritas Intelektual dan sifat khas pikiran
Sifat khas pikiran menjelaskan tentang kadar dan tingkat kekuatan pengaruh yang memberi warna kepada isi pikiran. Sifat khas pikiran ini memiliki kekuatan mempengaruhi yang dahsyat, sehingga mempengaruhi banyak orang secara positif (Amsal 10:20-21; Kisah Para Rasul 10:35).
C. Integritas Intelektual dan dinamika pikiran
Dinamika pikiran menunjuk kepada kekuatan yang menggerakkan yang berada di dalam dan mendorong gerakan ke luar yang ditandai melalui kehendak, perasaan, kata dan perbuatan bermartabat, yang diindikasikan dengan adanya “kebenaran dan sejahtera” yang membebaskan serta memerdekakan (Yesaya 32:1-2, 8,17; Yohanes 8:32).
II. ASPEK-ASPEK INTEGRITAS INTELEKTUAL
Aspek-aspek integritas intelektual menyentuh faktor autentisitas, nilai dan kekuatan yang menunjuk kepada kelebihan-kelebihan khas yang ada padanya. Kelebihan khas ini membuktikan bahwa autentisitas akan melahirkan hal-hal besar tidak terkalahkan, berbasis nilai agung yang tidak lekang oleh waktu dengan kekuatan yang menyebabkan kepemimpinan menjadi langgeng.
A. Autentisitas Integritas Intelektual
Autentisitas Integritas Intelektual menunjuk kepada sumber integritas, yaitu TUHAN Allah, yang menjelaskan tentang adanya “keaslian intelektual.” Keaslian ini menegaskan tentang kekuatan mencipta dari tiada kepada ada, sebagai landasan mewujudkan kenyataan apa pun. Kekuatan ini menolak nyang tidak asli, menolak kepura-puraan, menolak kemunafikan serta ketidakjujuran akademik (Yesaya 33:;15-16; II Korintus 9:9; Galatia 2:5; Efesus 4:15).
B. Nilai-nilai Integritas Intelektual
Nilai Integritas Intelektual mengandung kekuatan agung yang membawa dan mengimpartasi keagungan dan keanggunan yang menggerakkan kebiasaan benar, baik dan sehat (Efesus 5:9; 6:14).
C. Kekuatan Integritas Intelektual
Kekuatan Integritas Intelektual terletak pada perannya yang mengantarai hati dengan perasaan, kehendak, kata dan perbuatan luhur (Lukas 6:45).
III. IMPLIKASI INTEGRITAS INTELEKTUAL BAGI KEPEMIMPINAN BERKUALITAS
Integritas intelektual memberikan kepada Pemimpin kekuatan khas untuk memimpin dan berhasil dalam kepemimpinannya (Mazmur 9:8; 17:15). Integritas intelektual ini menjelaskan bahwa oleh bimbingan “Sang Kebenaran (Yohanes 14:6),” Pemimpin memimpin dengan penuh berkat (Mazmur 25:10; 26:3; 37:6; 40:11; 45:6; 86:11; 99:4).
A. Integritas Intelektual dan Berpikir Benar sebagai Pemimpin
Integritas pikiran merupakan landasan dan kekuatan bagi Pemimpin untuk berpikir benar. Berpikir benar di sini mengandaikan adanya “kualitas berpikir” yang menjelaskan tentang kadar efektivitas pikiran Pemimpin. Efektivitas pikiran Pemimpin ini nampak pada kualitas berpikir yang menghasilkan upaya memimpin (manajemen) dan pencapaian keberhasilan performa (sukses) berbasis keadilan dan kebenaran, yang membawa kebaikan kepada semua komponen organisasi (II Samuel 8:15; I Tawarikh 18:14).
B. Integritas Intelektual dan Berpikir Baik sebagai Pemimpin
Integritas Intelektual akan mendominasi kekuatan berpikir pemimpin yang olehnya ada kegiatan berpikir dan hasil berpikir yang efisien. Kekuatan dan hasil berpikir yang efisien menjelaskan tentang kemampuan pemimpin untuk menggunakan pikirannya untuk merekayasa instrumen pelakasanakan kerja yang berkualitas (administering operating core). Dari sudut pandang lain, berpikir baik menunjuk kepada adanya keberanian (kemandirian dengan jiwa enterpreneurial) untuk berpikir melampaui kenyataan konkrit, melewati batas-batas dan tembok-tembok ego yang sempit. Kemandirian berpikir ini adalah kekuatan istimewa yang meneguhkan Pemimpin sehingga ia mampu mencipta dan merengkuh peluang dan mengatasi tantangan yang pada gilirannya membawa kepada tindakan kerja yang produktif yang berujung kepada peninggian dan sukses (Amsal 14:34; Yesaya 58:8-12).
C. Integritas Intelektual dan Berpikir Sehat sebagai Pemimpin
Berpikir sehat merupakan indikator kuat adanya integritas intelektual dalam diri pemimpin. Berpikir sehat menghubungkan pikiran pemimpin dengan dirinya, orang lain serta semua faktor yang terdapat dalam kepemimpinannya (Ibrani 13:7, 17). Integritas intelektual memberikan kekuatan kepada pemimpin, sehingga ia dapat “memimpin dengan kuasa” yang meneguhkan (Amsal 16:12) dan memberkati (Amsal 1:3; 2:9; 8:7, 20; 10:2; 11:4, 6, 18, 1912:17, 19, 28; I Timotius 6:5). Indikator kuat bagi kebenaran hubungan integritas intelektual dan berpikir sehat ini adalah adanya hubungan harmonis responsif yang nampak pada sinergi dan gerakan kerja yang simultan terpadu, menuju pencapaian kerja yang menghasilkan dalam kepemimpinan yang diemban.
RANGKUMAN
Dalam mengungkapkan tentang integritas intelektual, perlulah dipahami bahwa kebenaran seputar integritas intelektual ini menyentuh semua aspek. Landasan bagi integritas intelektual adalah TUHAN Allah yang adalah Sumber Kebenaran (I Samuel 7:28; Yohanes 14:6; Ayub 37:23; Mazmur 111:7,8; 119:160; Yesaya 5:7, 16; 9:7; 33:545:23). Kekuatan kebenaran yang bersumber dari TUHAN Allah ini meneguhkan integritas intelektual yang berfungsi melakonkan peran sebagai jembatan perantara bagi sifat, sikap, kehendak, perasaan, kata serta perbuatan pemimpin.
Pada sisi lain, integritas intelektual ini melingkupi isi, sifat khas dan dinamika pikiran, yang menjadi dasar bagi autentisitas, nilai serta kekuatan berpikir. Dalam hubungan ini, integritas intelektual memberikan penguatan bagi pemimpin untuk berpikir benar, baik dan sehat, sehingga ia mewujudkan kekuatan positif proaktif dari dirinya (Yesaya 62:2; Yeremia 4:2). Penguatan ini adalah dinamika integritas intelektual yang memberikan kualitas khas bagi pemimpin yang meneguhkannya dengan integritas pribadi mendukung kompetensi dirinya untuk melaksanakan upaya memimpin dengan hasil kerja yang gemilang, yang ditandai sukses dalam upaya memimpin yang dijalankannya.
Pada sisi yang lain, integritas intelektual ini pada akhirnya berujung kepada lahirnya “pikiran, kehendak, perasaan dan tindakan berkualitas” yang agung dan anggun yang membawa Pemimpin kepada keberhasilan kepemimpinannya. Namun hal terpenting yang terlihat di sini ialah bahwa integritas intelektual ini menguatkan Pemimpin yang olehnya ia sepenuhnya menyadari bahwa “keberhasilan itu datangnya dari TUHAN Allah” (Mazmur 126:1-5; 127:1-2; 133:1-3). Di sini integritas intelektual yang membawa sukses ini ternyata merupakan kekuatan yang melindungi Pemimpin sehingga ia tidak terjebak kepada keangkuhan (Lukas 17:10). Alasan kuat dari kekuatan integritas intelektual yang menguatkan ini ialah bahwa Pemimpin dengan penuh kesadaran mengabdi dengan komitmen serta dedikasi yang tinggi didukung sikap tanpa pamrih dan upaya memimpin yang berkualitas, sehingga membawa sukses yang menguntungkan semua komponen organisasi yang dimpinnya (Roma 12:8), sehingga TUHAN Allah dipermuliakan (Roma 11:36). Selamat!!!
Jakarta, 22 Maret 2013
Dr. Yakob Tomatala
[1] Lihat uraian terdahulu dari Penulis dalam Website: www.yakobtomatala.com.
[2] Sumber: Webster New Universal Dictionary of The English Language. Webster International Press, New York 1976. Integrity: 1. “The quality or state of being complete; wholeness; entireness; unbrocken state.” 2. “The entire, unimpaired state or quality of anything; perfect condition; soundness.” 3. “The quality or state of being sound moral principle; uprightness; honesty and sincerity”
[3] Penjelasan makna integritas ini dapat dilihat dalam Buletin Integritas STT Jaffray jakarta, Edisi Februari – Maret; dan April – Juni, 2012.
[4] Dalam PL, istilah Kebenaran (Tsdaqah – sted_aw_kaw) berarti: Rigthness (Abtractly); Rectitude (Subjectively); Justice (Objectively); Virtue (Morally) dan Prosperity (Figuratively). Dalam PB, Kebenaran (Aletheia) berarti: Truth, True, Verity. Kebenaran juga berarti “in accord with fact” (Yohanes 18:37-38; 19:35). Sumber: e-Sword Bible Commentary and Dictionary.