“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka” (Ibrani 13:17a).
PENGANTAR
Menjadi bawahan sering dianggap sebagai nasib, atau takdir yang tidak nyaman. Apa benar ya? Sebagai individu, kepribadian semua orang selalu disertai oleh kehendak. Kehendak (inner will) ini adalah jati diri yang adalah kuasa yang ada di dalam diri. Kehendak biasanya menampakkan diri dengan kemauan untuk berkuasa. Kemauan berkuasa ini akan mendorong untuk berupaya menguasai dengan berusaha memiliki. Jadi rasa tidak enak menjadi seorang bawahan itu adalah karena dorongan kuasa – kehendak yang tidak kesampaian. Namun, menjadi bawahan sesungguhnya memiliki kemanfaatan besar bagi setiap individu. Alasan utamanya ialah karena “dengan menjadi bawahan yang taat, ada harapan kuat bagi Anda untuk menjadi pemimpin kelak.”
- MENJADI BAWAHAN ITU ANUGERAH. Seseorang yang menjadi bawahan adalah anugerah dari TUHAN Allah. Menjadi bawahan adalah anugerah, karena TUHAN Allah memberikan kesempatan untuk mengabdi (Yohanes 3:27). Kebenaran ini menegaskan bahwa seseorang yang menjadi bawahan adalah karena dialah yang punya tempat khusus dalam rencana Allah untuk menjadi pemimpin kelak (Yeremia 1:5; Yosua 1:1-18; I Samuel 3:1-4:1a; 16:1-13; dsb). Setiap orang yang menjadi bawahan harus menyambutnya dengan rasa syukur. Dengan sikap rasa syukur ini, seorang bawahan tidak terjebak dalam sikap fatalistik. Ia yang bersyukur juga akan diteguhkan dengan sikap positif atas kesempatan menjadi bawahan. Ia yang beryukur pasti akan dikuatkan untuk menjalankan tanggungjawabnya dengan benar, baik, dan produktif.
- MENJADI BAWAHAN ITU KESEMPATAN EMAS. Menjadi bawahan sesungguhnya adalah kesempatan emas. Kesempatan menjadi bawahan adalah emas, bila sang bawahan menyadari bahwa dengan “menjadi bawahan yang baik, ia dapat menjadi pemimpin yang baik kelak.” Dalam kaitan ini, bawahan yang menyadari akan kebenaran ini selalu berupaya menjadikan pemimpinnya sebagai dasar untuk belajar secara vikariat.[1] Belajar secara vicariat ini meneguhkan diri bawahan untuk membangun nilai-nilai kepemimpinan lulur di dalam dirinya. Nilai-nilai ini sekaligus merupakan perangkat falsafah kepemimpinan yang melengkapi, menuntun dan meneguhkan dirinya menjadi pemimpin besar di kemudian hari.
- MENJADI BAWAHAN MEMILIKI MASA DEPAN. Seseorang yang menjadi bawahan sesungguhnya memiliki masa depan. Mengapa menjadi bawahan ternyata menjadi pemilik masa depan itu? Pertama, bawahan tidak harus menanggung beban kepemimpinan sekarang ini. Jadi, bawahan tinggal menikmati dengan bekerja. Bawahan yang memiliki komitmen tinggi kepada kualitas, disiplin dan kinerja tinggi sedang membuktikan diri siap menyambut masa depan yang lebih baik. Kedua, bawahan dapat memanfaatkan peluang belajar dari atasannya bagaimana melaksanakan upaya memimpin dengan benar, baik dan sehat. Peluang ini memberikan kesempatan kepada bawahan untuk belajar menangani kepemimpinan yang efektif, efisien dan sehat di kemudian hari. Ketiga, bawahan sesungguhnya sedang dipersiapkan untuk memasuki masa depan yang disiapkan oleh pemimpin sekarang ini. Janganlah memperdebatkan siapa pemilik usaha di mana Anda bekerja sebagai bawahan sekarang ini. Anda adalah pemilik masa depan, karena Anda akan memiliki usaha sendiri, memimpin sendiri dengan menyiapkan diri dari sekarang.
- MENJADI BAWAHAN ADALAH PEUANG MEMBUKTIKAN DIRI. Bawahan yang tahu diri akan memilki alasan kuat mengapa ia menjadi bawahan sekarang. Bawahan yang tahu diri haruslah berupaya membuktikan diri bahwa ia dapat dipercaya. Menjadi bawahan yang dapat dipercaya adalah kunci untuk memperoleh kepercayaan dan pemercayaan pekerjaan yang lebih tinggi lagi dari yang ada sekarang ini. Sekarang cobalah menghitung usia Anda. Sesungguhnya usia tidaklah mempengaruhi keberhasilan sesorang, namun dari usialah orang dapat membuat perhitungan perencanaan masa depan yang bertanggungjawab. Kalau Anda berusia 25 tahun, maka dapatlah diandaikan bahwa dalam tenggang waktu lima tahun berikutnya, Anda yang bekerja benar, baik dan optimal dapat melihat hasil pembuktian diri. Hindarilah menjadi penjilat, agar Anda dapat membuktikan diri secara otentik. Sikap pembuktian diri seperti ini menjamin bahwa Anda memiliki integritas yang menjadi kunci memperoleh kepercayaan yang lebih besar lagi, mulai dari sekarang. Masa depan adalah akibat masa kini, jadi akan ada masa depan bagi Anda.
- MENJADI BAWAHAN ADALAH CIKAL PEMIMPIN MASA DEPAN. Menjadi bawahan sesungguhnya mejadi cikal pemimpin masa depan. Tentu Anda tidak boleh terkecoh, karena tidak semua orang akan menjadi top leader di masa depan. Karena itu, menjadi bawahan sesungguhnya adalah batu uji, apakah Anda adalah calon top leader masa depan ataukah Anda akan terus menjadi bawahan yang progresif saja. Lihatlah diri Anda, apakah Anda sedang bersikap sebagai calon pemimpin masa depan? Janganlah berangan-angan besar. Buktikanlah diri Anda dengan tulus melalui integritas, kerja benar, baik dan optimal, hubungan kondusif yang responsif proaktif yang Anda ciptakan dari diri, semuanya akan berbicara banyak tentang Anda. Perhatikanlah ini, “apabila kepemimpinan berjalan dengan benar sekarang, maka orang dapat mengindetifikasi bahwa Anda adalah calon top leader di masa depan.” Anda pasti menjadi pemimpin masa depan yang berhasil karena Anda mengetahuinya sekarang. Jaminannya ialah Anda sedang memupuk masa depan yang subur dengan pembuktian diri sekarang ini.
PERENUNGAN
- Coba renungkan, apa yang akan terjadi dengan seorang bawahan yang menerima dengan rasa syukur kesempatan menjadi bawahan?
- Apa yang akan terjadi dengan pemimpin yang menghargakan peluang menjadi bawahan dan mengambilnya sebagai peluang emas untuk mengembangkan diri?
- Bayangkanlah, apa yang akan terjadi apabila bawahan menyadari bahwa dengan menjadi bawahan yang baik, ia sesungguhnya memiliki masa depan. Renungkanlah aspek-aspek yang disinggung dalam poin 3 di atas.
- Bisakah Anda melihat apa yang akan terjadi dengan seorang bawahan yang berupaya membuktikan diri bahwa ia dapat dipercaya?
- Apakah Anda Anda dapat mengidentifikasi potensi Anda menjadi top leader masa depan dari sekarang ini?
Tentu Anda dapat menentukan sikap mana yang patut bagi Anda untuk menjadi pemimpin sejati di masa depan!!!
Selamat menjadi bawahan yang tahu diri untuk akhirnya menjadi pemimpin terhormat yang memimpin dengan kehormatan di masa depan!!!
Jakarta, 10 Februari 2010
Dr. Yakob Tomatala
[1] Belajar secara vikariat atau vicarious learning adalah pendekatan pembelajaran yang digagas oleh Profesor Dr. J. Robert Clinton, Ahli Teori Pengambangan Kepemimpinan dari Fuller Theological Seminary, Pasadena, California USA. Pendekatan pembalajaran secara vikariat ini menggunakan pemimpin sebagai alat bantu belajar. Pemimpin dalam hal ini diklasifikasikan sebagai pemimpin Alkitabiah atau Biblical leaders (para tokoh Alkitab); pemimpin sejarah atau historical leaders (para pemimpin yang telah berlalu dari sejarah) dan para pemimpin kontemporer atau contemporary leaders yang sedang aktif memimpin.
izin copy paste, alamat link tercantum. terima kasih
Shalom
Silahkan melakukannya untuk tujuan kebenaran dan kebaikan. Kiranya bermanfaat. Terimakasih
Salam
Bp Yakob T.
mohon ijin copy paste dan di sharekan di kelompok sel,karna umat tuhan banyak yg jadi bawahan