MEMIMPIN DENGAN MELAYANI: POLA KEPEMIMPINAN ALKITABIAH

Firman Allah:
“…. Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:45)

Pengantar

Alkitab secara spesifik menegaskan bahwa “memimpin adalah melayani” atau “leading is serving.” Penegasan ini menekankan bahwa pelaksanaan kepemimpinan dalam upaya memimpin (leading attempt) harus dipahami sebagai “melayani atau memimpin dengan melayani.”

Gagasan “memimpin dengan melayani” dipelopori oleh Yesus Kristus tatkala IA mengetengahkan gagasan kepemimpinan kepada para pengikut-Nya dalam Injil Markus 10:35-45 dan Matius 20:20-28. Prinsip “memimpin dengan melayani pola Yesus Kristus” dapat dipahami dengan melihat apa yang ditegaskan-Nya, yang menjelaskan kebenaran berikut:

Pertama, MEMIMPIN DENGAN MELAYANI MENGUTAMAKAN PENGABDIAN

Menurut Yesus Kristus, memimpin yang adalah melayani lebih mengutamakan pengabdian bukannya kedudukan atau posisi. Kesalah pahaman tentang kepemimpinan sering nampak dalam sikap keliru yang mengemukakani bahwa “menjadi Pemimpin adalah berada di atas.” Kenyataan bahwa tempat Pemimpin yang selalu berada pada puncak kerucut organisasi membuat para Pemimpin kebablasan dalam menetapkan sikap (attitude) yang turut mempengaruhi perilaku (behavior) dan gaya (style) kepemimpinannya.

Pada satu sisi, jika ada Pemimpin yang tidak menyadari hakikat kepemimpinan yang melayani, maka terjadi kecenderungan “mengatas-ataskan diri” dan menjadi arogan. Pada sisi lain, para bawahan cenderung terbutakan bahwa Pemimpin sebenarnya ada untuk melayani bukan dilayani. Tempat atau posisi Pemimpin pada puncak kerucut organisasi sesungguhnya memberikan peluang besar dan terbuka untuk memimpin dengan melayani.

Pemimpin yang menyadari akan kebenaran di atas akan cenderung berendah hati dan memimpin dengan mengabdi yang dibuktikan dengan melayani. Kemanusiaan manusia yang cenderung terjebak bersikap arogan menyebabkan kepemimpinan dipandang sebagai kekuasaan dan kekuatan untuk menundukkan sesama, ketimbang memimpin dengan melayani demi membawa kebaikan.

Niccolo Maciavelli mengingatkan bahwa “hati manusia yang cenderung iri dengki yang cepat mengkritik daripada memuji tindakan orang lain menyebabkan eksplorasi untuk menemukan dan membangun organisasi lebih rumit ketimbang mengeksplorasi lautan serta daratan yang tidak dikenal.” Dengan kata lain, faktor kemanusiaan yang penuh iri dengki dan pementingan diri adalah kesulitan utama untuk memimpin dengan melayani.

Dalam hubungan ini, “memimpin dengan melayani” hanya mungkin diterapkan jika para Pemimpin menyadari bahwa keberadaan dan tempatnya di atas adalah untuk mengabdi dan melayani demi orang-orang yang dipimpinnya.

Kedua, MEMIMPIN DENGAN MELAYANI DIISI DENGAN SIKAP MENGHAMBA

Berdasarkan penegasan Yesus Kristus, maka memimpin dengan melayani hanya akan terwujud melalui sikap menghamba. Sikap menghamba hanya dapat diwujudkan dengan cara berikut:

1. Perlu ada kesadaran bahwa menjadi Pemimpin adalah hak istimewa berada dipuncak kerucut dengan otoritas khusus untuk mengabdi. Mengabdi dengan sikap seperti ini membuat Pemimpin dapat bergerak dua arah “top down and bottom up” memanajemeni kepemimpinan dengan cara benar, baik dan sehat serta produktif.

2. Menolak dengan sadar bersikap tangan besi dan menolak menjalankan kuasa dengan keras atas orang yang dipimpin.

3. Mengambil dengan sadar sikap serta peran sebagai Pelayan yang melayani dan Hamba yang mengabdi demi kepentingan orang-orang yang dipimpinnya. Sikap ini meneguhkan Pemimpin untuk berendah hati tidak melihat kebesaran kepemimpinan sebagai tujuan tetapi sebaliknya melihatnya sebagai kekuatan untuk membesarkan sesama.

Sikap ini juga meneguhkan Pemimpin untuk mengemukakan kepentingan para bawahan dengan menghamba guna mengangkat orang-orang yang dipimpinnya. Sikap menghamba hanya akan terwujud jika Pemimpin meneguhkan sikapnya sebagai hamba yang melayani dengan menolak bersikap sebagai penguasa. Indikator terpenting adalah “kesediaan Pemimpin untuk berkorban bukan mengorbankan sesama, yang dibuktikan dengan memimpin melalui melayani.”

KESIMPULAN

Gagasan memimpin dengan melayani yang diajarkan oleh Yesus Kristus adalah suatu keniscayaan, karena IA telah membuktikan dengan kerelaan-Nya untuk berkorban demi banyak orang ditandai dengan mengabdi melayani sesama.

Kesediaan-Nya untuk berkorban adalah rahasia utama meneguhkan sikap hamba yang menghamba dan pelayan yang melayani. Sikap seperti ini hanyalah mungkin, karena Yesus Kristus terbukti “memimpin dari hati, memimpin berlandaskan kasih dan memimpin dengan kekuatan kebenaran – kebaikan.” Dengan demikian, setiap Pemimpin yang berhasrat untuk mewujudkan kepemimpinan yang berkualitas dan berhasil hanya dapat dilakukan dengan kesediaan berkorban seperti Yesus Kristus.

Kesediaan berkorban ini mendukung sikap Pemimpin yang rela menghamba untuk memimpin sebagai pelayan yang melayani. Selamat memimpin dengan melayani.

www.yakobtomatala.com

Comments (0)
Add Comment