KONSELING KELUARGA

Pengantar

“…. kalaupun seseorang kedapatan melalukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu di jalan yang benar dalam roh yang lemah lembut, dengan menjaga dirimu sendiri, supaya kamu jangan kena pencobaan” (Galatia 6:1)

Persiapan
Rahasia utama dalam memulai pelayanan konseling ialah mendengarkan apa yang diutarakan para konseli secara empati. Lakukanlah identifikasi masalah ini secara tersendiri, satu per satu. Perhatikan penjelasan konseli dengan mencermati emosinya. Perhatikan juga cara menjelaskan dengan membedakan apa yang didengar dari apa kata orang, apa yang dipikirkan dan apa yamg sesungguhnya terjadi. Jangan berupaya menghakimi motif konseli. Indentifikasi inti masalah dengan memegang kata-kata pertama dan telusuri dengan pertanyaan selidikan. Tariklah kesimpulan makna setiap pokok dalam percakapan konseli yang dilakukan dengan bijaksana untuk menemukan “inti masalah sesunggunya.” Inti masalah ini digunakan sebagai patokan untuk percakapan bimbingan selanjutnya. Sekarang libatkanlah para konseli secara bersama.

Pembimbingan
Langkah lanjutan dalam konseling ialah mengidentifikasi masalah sesungguhnya di antara konseli yang bermasalah. Cara mengidentifikasi masalah adalah:
Pertama, Cermati, apakah masalah adalah karena persepsi, sikap, salah tafsir atau tidak mengerti atau sikap tertutup.
Kedua, Upayakan untuk tidak menyentuh aspek pribadi, jangan menggali motifnya, tetapi cari masalahnya.
Ketiga, Tunjukkanlah bahwa masalah sesungguhnya adalah “kemauan atau keinginan, pendapat atau sikap yang dipaksakan atau pendapat yang disalahtempatkan. Masalah dalam RT sering dipicu kecemburuan, yang pada dasarnya harus ditempatkan pada tempat yang tepat. Cemburu karena kasih jika ditempatkan secara salah akan menjadi salah.
Keempat, Bawalah kedua pihak untuk mengerti dan menerima bahwa keduanya miliki andil mencipta masalah yang beranak kesalahan dalam hubungan suami-isteri.
Kelima, Bimbing mereka untuk terbuka satu kepada yang lain, dengan siap mengampuni secara terbuka sebagai dasar menuju penyelesaian.

Penyelesaian
Langkah penyelesaian dilakukan setelah sampai pada tahap di mana para konseli telah menyadari peran dalam mencipta masalah mereka dan mereka siap untuk menyelesaikan.
Langkah membuat kesimpulan penyelesaian adalah:
Pertama, Sadarkan kembali bahwa mereka keduanya memiliki andil dalam mencipta kemelut RT ini di mana keduanya harus bertanggungjawab untuk menyelesaikannya.
Kedua, Minta mereka berendah hati untuk mengakui dengan jujur akan peran mencipta kesalahan.
Ketiga, Minta mereka untuk menghadirkan TUHAN dalam masalah RT dengan siap menyelesaikan, mengampuni dan mengasihi dengan tulus.
Keempat, Minta mereka untuk saling terbuka memberi pengampunan melepaskan pengampunan atas pengalaman “sakit hati” dan siap untuk saling menerima secara tulus.
Kelima, Minta mereka untuk siap memulai dari awal, karena “mengampuni berarti melepaskan untuk menerima dan melupakan” masalah yang mereka ciptakan.
Keenam, Jelaskan langkah-langkah setelah penyelesaian dengan melibatkan TUHAN berdasarkan kemauan baik untuk hidup harmonis dengan saling mengerti satu terhadap yang lainnya.
Ketujuh, Ajak mereka untuk mencipta komunikasi terbuka, hindari kecurigaan, hindari sikap suka menghakimi dan mau menang sendiri.
Kedelapan, Ajak mereka untuk membuat komitmen memulai kehidupan RT lagi secara rohani penuh gairah, dengan tidak mengulangi apa yang telah terjadi. Kesembilan, Ajak mereka untuk menata kehidupan RT dengan berdoa, perenungan, beribadah, melayani TUHAN serta sesama dengan gairah dan selalu siaga menikmati kesenangan RT bersama.
Kesepuluh, Tuntunlah mereka untuk berdoa bersama, dan berikanlah kesempatan bagi mereka untuk mengucapkan doa untuk melepaskan pengampunan dan menyampai syukur kepada TUHAN Allah yang diikuti dengan pengakuan kasih dan penerimaan satu kepada yang lainnya secara terbuka.

Catatan Penting:
Ingatlah ini: “Mengasihi yang sejati adalah dalam roh dan kebenaran dengan melupakan diri untuk mengupayakan kebaikan, agar bisa menerima sesama yang melukai dengan sepenuh hati” (I Yohanes 2:6-9; 3:16, 28; 4:7-11). Kiranya bermanfaat.

Kota Buaya, 29 Juni 2016
Yakob Tomatala

keluargakonselingkonseling keluarga
Comments (0)
Add Comment